Kamis 17 May 2012 09:23 WIB

Polisi Palestina, Siapkan Diri untuk Mati Syahid

Para siswa Pusat Pendidikan Latihan Kepolisian Palestina
Foto: sahabat al aqsha
Para siswa Pusat Pendidikan Latihan Kepolisian Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, Kita semua tentu ingat, pemandangan yang menyayat hati pada Perang Al-Furqan yang oleh Zionis disebut sebagai Operation Cast Lead (Operasi Timah Panas) itu, dalam 10 menit pertama jam 8 pagi, tanggal 27 Desember 2008, sekitar 200-an orang petugas kepolisian yang sedang apel pagi dibantai dengan berondongan senjata dan bom oleh pesawat-pesawat F-16 bikinan Amerika Serikat milik Zionis Israel.

Selain jenazah para polisi Palestina yang bergelimpangan, kita juga menyaksikan gambar-gambar polisi yang terluka parah mengacungkan jari telunjuknya sambil berkata, “Laa ilaaha illa Allah… Tiada Tuhan selain Allah…”

Pada penyerangan Zionis Israel itu, ikut juga mati syahid tiga pejabat tertinggi Kementerian Dalam Negeri, yaitu Mayjen Pol. Taufiq Jabir, Kepala Kepolisian Palestina; Muhammad Al-Ja’bari, Direktur Unit Keamanan dan Pengawalan; dan Sa’id Shiyam, Menteri Dalam Negeri-nya sendiri.

“Ini menunjukkan, bahwa para pejabat tinggi kami adalah yang pertama kali mengorbankan nyawanya bagi rakyat Palestina,” kata Muqaddam Munir Abu Syanab. “Mereka tidak bersembunyi di balik kedudukannya sebagai pejabat tinggi. Mereka semua mati syahid di lapangan saat menjalankan tugas.”

Nama-nama para polisi yang mati syahid dalam Perang Al-Furqan itu diabadikan dalam sebuah prasasti yang terletak di lapangan Markas Besar Pasukan Khusus Kepolisian Palestina.

Di atas nama-nama itu tertulis kalimat yang dikutip dari ayat Al-Quran surah Al-Ahzab ayat 23: “Di antara orang-orang beriman (Mu’min) itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah (janjinya).”

Jumlah anggota kepolisian Palestina yang bermarkas di Gaza saat ini sekitar 10 ribu orang. Secara umum menurut Brigjen Pol. Amin Al-Batniji, tidak ada kasus kriminalitas yang luar biasa.

“Justru kami sebagai masyarakat sedang mengalami kejahatan kriminal yang dilakukan oleh penjajah atas kami semua,” katanya sambil tersenyum.

Namun demikian, Alhamdulillah, kata Amin keamanan dan ketertiban masyarakat semakin baik.

Kasus yang sesekali masih terus mengganggu adalah penyelundupan narkoba dan minuman keras dari kawasan yang dikuasai Zionis Israel dan Mesir. Rata-rata dalam setahun ada sekitar 20 orang yang ditangkap karena kasus ini.

Kasus kejahatan lain adalah pembunuhan akibat perkelahian. Misalnya, karena ada anggota keluarga yang berzina, lalu dibunuh. Ada juga pencurian emas dan barang-barang berharga, biasanya dilakukan oleh remaja.

 

sumber : sahabat al aqsha
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement