REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Dalam wawancara pertamanya sejak Desember, Presiden Suriah Bashar Al-Assad menegaskan rezimnya sedang berjuang melawan tentara asing yang ingin menggulingkannya.
Wawancara dengan televisi Rusia, Rossiya-24, menunjukkan Assad masih tetap bertahan walaupun mendapat kecaman internasional secara luas terhadap tindakan keras yang ia lakukan.
"Tentara asing itu telah ditahan dan kami sedang mempersiapkan untuk menunjukkan mereka kepada dunia," ujar Assad, Kamis (17/5).
Dia juga memperingatkan campur tangan negara lain di Suriah. Meskipun tidak merinci, ucapannya merujuk ke Iran yang kedapatan menyelundupkan senjata ke Suriah melalui Turki dan Lebanon. "Siapa yang menabur kekacauan akan terkena sendiri," katanya.
PBB memperkirakan hingga Maret jumlah korban tewas rezim Assad mencapai lebih dari 9.000 jiwa. Tentara Pembebasan Suriah yang menargetkan jatuhnya Assad, melancarkan serangan pada pos pemeriksaan militer dan bangunan pemerintah.
Assad (46) menyangkal ada keinginan rakyat di belakang pemberontakan itu dan mengatakan ekstremis dan teroris asing yang mendorong pemberontakan. Sementara oposisi menganggap klaim Assad itu menggelikan.
Oposisi mengatakan serangan dari rezim yang membuat para pengunjuk rasa terpaksa mengangkat senjata. "Tidak ada tentara asing di Suriah. Oposisi tidak membutuhkannya karena seluruh orang di Suriah turun ke jalan. Ini adalah revolusi yang dibuat rakyat Suriah," kata aktivis dan penulis lembaga Yordania di Suriah, Rima Fleihan.