REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Perjalanan menyeberangi sungai tidak memakan waktu lama. Tidak sampai lima menit, warga yang berada di kapal sudah sampai di tujuannya.
Dua meter sebelum sampai di seberang, kendaraan bermotor mulai menyalakan mesin. Deruman mesin mengencang sesampainya kepala kapal di bibir sungai.
Satu-persatu sepeda motor bergerak keluar, sambil memberikan persenan kepada Muchtar atas jasanya. Sebagai yang terbesar, pick up carry berwarna biru gelap menjadi penumpang terakhir yang turun.
Para penyeberang merupakan warga yang hidup di sekitaran Sungai Citarum. Mereka ada yang tinggal di satu sisi sungai, tepatnya di wilayah Kecamatan Cabangbungin, Kabupaten Bekasi. Ada pula warga yang berasal dari Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang. Tujuan mereka sama: menyeberangi sungai terpanjang di Jawa Barat tersebut.
Mobilitas yang tinggi membuat warga di dua kabupaten tersebut menggantungkan harapan mereka kepada Muchtar dan Qomaruddin. Minimnya jembatan yang membelah sungai tersebut menjadikan jasa keduanya sangat dibutuhkan.
Jembatan terdekat dari lokasi kapal penyeberangan Muchtar berada sekitar tiga kilometer jauhnya. Hal ini tidak menguntungkan bagi warga yang tidak ingin membuang waktu demi kepentingan mereka, sehingga eretan Muchtar menjadi primadona di wilayah tersebut.
Ya, eretan mobil adalah nama yang dipakai warga sekitar untuk menyebut kapal yang dikomandoi oleh Muchtar tersebut. Bentuknya tidak seperti kapal biasanya, tetapi menyerupai trapesium terbalik. Panjangnya hanya sekitar enam meter dengan lebar tiga meter.
Di kedua ujung eretan terdapat dua papan tambahan sebagai jembatan kecil yang membantu penumpang, baik orang, sepeda motor, maupun mobil, keluar dan masuk eretan. Di sisi kanan dan kiri eretan terdapat bangku kayu yang dipatenkan, plus terpal peneduh di atasnya.