REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Musim panen tidak hanya menguntungkan bagi para petani dan pedagang saja, tetapi juga pemilik usaha eretan. Jasa mereka laku keras karena banyaknya orang yang hilir mudik dari Karawang ke Bekasi ataupun sebaliknya.
Kuantitas jembatan yang tidak memadai menjadi keuntungan bagi jasa eretan. Cukup membayar Rp 2.000 saja, sepeda motor tidak perlu berputar jauh ke jembatan. Per orang dibebankan Rp 1.000 saja.
Dalam sehari, eretan Marzuki bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 300.000. Belum lagi operasional malam yang bisa mengumpulkan maksimal Rp 200.000. Bila ramai, shift siang saja bisa menghasilkan Rp 500.000.
Uang ini tentu saja tidak seluruhnya untuk Marzuki, tetapi dibagi rata setelah dipotong untuk uang operasional kapal dan uang kas. Uang kas dipakai untuk biaya-biaya tidak terduga.
Usaha keluarga
Siapa sangka, usaha eretan Marzuki merupakan usaha keluarga. Marzuki tak lain adalah kakak Tarsem, si pemilik warung di lokasi eretan. Marzuki juga merupakan ayah Qomaruddin. Sedangkan Muchtar adalah saudara ipar Marzuki dan Tarsem.
Tarsem menyebutkan, ayahnya telah merintis usaha ini sejak ia kecil. Ia tidak dapat mengingat kapan sang ayah mulai melayani jasa penyeberangan ini. Hingga ia dewasa dan memiliki dua orang cucu, eretan sang ayah masih bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Yang berganti hanya pemiliknya dan tentu saja, eretannya.
Setelah ayahnya berpulang, eretan diserahkan kepada anak-anaknya. Marzuki yang merupakan anak kedua dari enam bersaudara didaulat menjadi penanggung jawab usaha ini.