Senin 21 May 2012 08:48 WIB

Daumatul Jandal, Kota Tiga Peristiwa Bersejarah (3)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Peta Arab Saudi.
Foto: wikipedia.org
Peta Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Daumatul Jandal kembali menjadi saksi sejarah pada era kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, dunia Islam mengalami ketegangan. Saat itu, kelompok yang dipimpin Muawiyah mendesak agar Khalifah Ali bin Abi Thalib menghukum pelaku pembunuhan Utsman.

Mereka tak akan berbaiat selama pembunuh khalifah ketiga itu belum dihukum. Masa ini dikenal sebagai zaman fitnah besar. Ada upaya mengadu domba umat Islam.

Hingga akhirnya, perseteruan antara kelompok Muawiyah dan Ali semakin meruncing dan memantik terjadinya Perang Siffin. Dalam perang itu, kelompok Muawiyah nyaris kalah.

Sebelum benar-benar kalah, mereka mengajak untuk bertahkim (arbitrase) guna menyelesaikan konflik yang terjadi. Perundingan (tahkim) itu dilaksanakan di Daumatul Jandal pada Ramadhan 37 H. Kelompok Muawiyah diwakili oleh Amr bin Ash (wafat tahun 43 H) dan kelompok Ali diwakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari (wafat tahun 44 H).

Keduanya bertindak sebagai hakim dari kelompok masing-masing. Dalam perundingan itu, Amr menyatakan kepada Abu Musa bahwa konflik itu terjadi karena Ali dan Muawiyah. Menurut Amr, untuk menciptakan perdamaian, kedua orang itu harus dipecat dan kemudian diserahkan kepada umat Islam untuk memilih khalifah baru.

Amr memberi kesempatan pertama kepada Abu Musa untuk naik mimbar. Abu Musa mengumumkan pemecatan Ali. Sesudah itu, Amr naik mimbar pula, ia menerima pemecatan Ali.

Karena Ali sudah dipecat, kata Amr, khalifah hanya tinggal Muawiyyah saja. Ia lalu menetapkan Muawiyah sebagai khalifah umat Islam. Keputusan tahkim itu memicu protes dari kubu Ali. Hasil perundingan itu tak berhasil menyelesaikan konflik. Yang ada justru melahirkan kelompok baru.

Kelompok Ali terpecah menjadi dua; kelompok pendukung yang disebut Syiah dan yang memberontak, yakni Khawarij. Setelah itu, di dunia Islam muncul Dinasti Umayyah yang berbasis di Damaskus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement