REPUBLIKA.CO.ID, SANAA-- Alqaidah di Semenanjung Arab (AQAP) mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di ibukota Sanaa, Selasa (22/5). Serangan terjadi jelang hari nasional di Yaman, Senin (21/5). Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 100 orang dan 300 orang lainnya terluka termasuk pelaku serangan.
Pejabat militer mengatakan bahwa jumlah korban bisa meningkat setelah serangan tersebut.
"Kami akan membalas dendam dan api peperangan akan dikobarkan,"kata pernyataan AQAP yang mengklaim serangan sebagai balasan atas kekerasan dari pasukan keamanan Yaman di Abyan.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengutuk pemboman itu dan mendesak Yaman segera melakukan transisi politik. Serangan bom ini merupakan insiden peledakan paling mematikan sejak Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi dilantik pada Februari lalu.
Hadi berjanji akan memerangi keberadaan militan Alqaidah yang meningkat di negeri itu. "Perang melawan terorisme akan terus dilakukan hingga teroris tumbang,"kata Hadi. Menanggapi nom, Hadi langsung memecat dua komandan senior dan sekutu Saleh yang salah satunya adalah kepala intelijen yang bekerja sama dengan CIA.
Sebelumnya, pengebom berseragam militer meledakkan bom di tengah-tengah para tentara yang sedang latihan parade militer guna memperingati 22 tahun penyatuan Yaman utara dan Yaman selatan. Seorang pejabat AS mengatakan kepada New York Times bahwa bom dijahit menjadi pakaian sehingga sulit untuk mendeteksi bom.
Menurut saksi mata, potongan-potongan tubuh manusia berserakan di lokasi kejadian di Lapangan Sabeen, Sanaa tersebut. Saksi mengatakan korban yang cedera segera dilarikan ke rumah sakit. Menteri pertahanan Mohamammed Nasser Ahmed dan kepala staf yang menghadiri parade militer tersebut tidak terluka.