REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO-- Jutaan rakyat Mesir menuju tempat pemungutan suara di hari kedua pemilihan presiden Mesir, Kamis (24/5). Pemungutan suara dijadwalkan kembali dibuka pukul 8.00 pagi waktu setempat untuk memilih di antara 12 kandidat presiden.
Sebanyak 13 ribu tempat pemungutan suara tersebar di berbagai wilayah untuk mengakomodasi lebih dari 50 juta pemilih. Antrian panjang terbentuk di tempat pemungutan hingga malam hari.
Dibanding dengan pemilu parlemen, jumlah pemilih tampaknya jauh lebih rendah. "Saya akan memilih pada hari Kamis untuk menghindari orang banyak. Saya mendukung Amr Moussa. Dia tahu negara dan memiliki pengalaman. Saya memilih partai Ikhwanul Muslimin dalam pemilu parlemen tapi kami tidak mendapatkan apa-apa dari mereka, "kata Fouad Mahmoud kepada Reuters.
Kekhawatiran muncul mengenai demokrasi yang dijanjikan setelah pemilu. Meski begitu, pemilih tetap memberikan suaranya untuk kemajuan Mesir.
Mohammed Salah (26 tahun) mengaku memilih untuk dirinya sendiri. Sementara Medhat Ibrahim (58 tahun) yang menderita kanker meneteskan air mata seraya berkata, ia datang untuk anak-anaknya supaya dapat hidup. Pemerintahan era Mubarak, katanya, tidak memerhatikan perawatan kesehatan sehingga ia mengidap kanker.
Sebelumnya, Amerika Serikat pada Rabu menyambut awal pemilihan presiden sebagai tonggak yang sangat penting dalam transisi negara itu ke demokrasi. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland menyebut peristiwa tersebut bersejarah dan menakjubkan. "Hari ini adalah tahapan penting untuk transisi Mesir dan kami menununggu hasilnya,"katanya.