REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO – Pelestarian lingkungan menjadi tema utama dalam konvensi ke-38 organisasi Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA) yang berlangsung di Toronto, Kanada, pekan kemarin.
Tema ini sengaja dipilih guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan di kalangan komunitas Muslim.
"Tema ini dipilih untuk memberikan kesempatan para Muslim guna merefeleksikan perubahan dramatis di Kanada, negara-negara Islam dan seluruh dunia," ungkap Presiden ISNA, Mohammed Bekkari, seperti dikutip onislam.net, Jum'at (25/5).
Menurut Bekkari, perubahan ini mencerminkan cara baru berpikir dan berprilaku seorang Muslim. Tiga prinsip muncul ketika merencanakan konvensi tahunan kali ini, yaitu mengurangi jumlah sampah, memilih secara etis dan mendukung inisiatif dan bakat lokal.
"Untuk jumlah sampah misalnya, kami tidak menyediakan air mineral dalam bentuk kemasan kecil, tetapi dalam bentuk besar sehingga air dapat diisi ulang kembali. Berbicara soal inisiatif lokal, acara ini didukung oleh kemampuan seniman dan pebisnis lokal," kata dia.
Pemimpin Dewan Muslim Inggris (BEM), Fazlun Khalid, meminta kesadaran Muslim untuk melestarikan lingkungan juga membutuhkan semacam kurikulum guna disisipkan dalam sistem pendidikan yang ada. "Kita perlu menanamkan kesadaran ini dalam hati dan pikiran siswa," kata Khalid.
Menurut Khalid kurikulum itu sekaligus melengkapi apa yang telah diberikan Alquran dan hadis tentang lingkungan. Sebab, Alquran dan hadist kaya akan ajaran lingkungan. Ia pun mengusulkan pendekatan lingkungan Islam didasarkan pada empat prinsip: tauhid (prinsip kesatuan), fitrah (prinsip negara alam), mizan (prinsip keseimbangan), dan khalifa (prinsip tanggung jawab).
Populasi Muslim Kanada sekitar 2,8 persen dari 32,8 juta penduduk, dan Islam adalah agama terbesar kedua setelah Katolik Roma.