Sabtu 26 May 2012 05:00 WIB

Mencari Definisi Muslim Inggris (II)

Rep: teguh setiawan/ Red: M Irwan Ariefyanto
Pemuda Muslim Inggris
Foto: thefridaytimes
Pemuda Muslim Inggris

REPUBLIKA.CO.ID,Ketika Islam hadir di Inggris 400 tahun lalu -- yang dibawa pelaut-pelaut Turki, Asia Selatan, dan para budak Afrika -- hampir semua pemeluknya tidak memiliki masalah dengan kultur setempat. Padahal, setiap suku memiliki tradisinya sendiri, yang satu sama lain berbeda. Yang mempersatukan mereka hanya masjid tempat mereka beribadah bersama. Namun, Inggris -- seperti negara Eropa lainnya -- punya masalah. Ini harus dipahami karena Inggris dan Eropa daratan tidak memiliki sejarah panjang dalam keberagaman beragama. Yang mereka alami adalah bagaimana kekuasaan memaksakan kehendaknya untuk menciptakan uniformitas keagamaan, dan tidak memberikan ruang bagi lahirnya bentuk-bentuk budaya lain.

Keberagaman baru terjadi di Inggris ketika Raja Henry VIII memutuskan hubungan doktrinal dengan Gereja Vatikan di abad 15. Meski demikian keberagaman dalam arti lokal tidak terjadi. Ini terlihat dengan masih berlakunya Trinitarian Act, yang melarang setiap orang menjadi Muslim di Inggris, sampai tahun 1812. Persoalan besar lainnya bagi pencarian identias Muslim Inggris adalah masih akan banyaknya pendatang Muslim dari negara-negara Asia dan Arab di kelak kemudian hari. Sepanjang tahun 50 dan 60-an saja, misalnya, berbagai suku bangsa dari Asia Selatan -- kebanyakan Muslim -- berdatangan ke Inggris dengan alasan ekonomi. Di tahun 80-an, pemukim Arab tiba dan bermukim di sekitar London dengan berbagai alasan; bisnis, belajar, atau bekerja.

Konflik-konflik di Afrika Barat, dan penindasan terhadap Muslim Asia Selatan yang bermukim di negara-negara itu, telah menyebabkan terjadinya influx besar-besaran ke Britania Raya. Di tahun 1991 saja, misalnya terdapat lebih 50 ribu pengungsi Muslim dari Afrika. Pendatang-pendatang yang relatif baru ini membutuhkan dua generasi untuk menjadi orang Muslim Inggris. Namun ketika mereka telah mencapai tahapan itu, mereka akan berhadapan dengan saudara mereka yang baru datang. Begitu seterusnya.

Meski demikian, kemampuan Muslim Inggris untuk menjawab masalah identitas amat penting. Karena, menurut Hakim Murad, ini menentukan prosperity mereka di masa depan. Terutama bagi para 'convertis', yang relatif ingin melepaskan diri dari tradisi agama terdahulu mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement