Sabtu 26 May 2012 01:06 WIB

Persalinan dengan Tenaga Medis Cegah Kematian Ibu

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dewi Mardiani
Ibu melahirkan
Ibu melahirkan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan oleh proses persalinan yang tidak melibatkan tenaga medis. Selain itu, kurangnya asupan gizi bagi ibu hamil dan bayi juga menjadi perhatian yang penting.

Kepala Rumah Bersalin Sehat Keluarga (RSBK), dr Agung Zentyo Wibowo BMedSc, mengatakan angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, yakni 228 per 100 ribu kelahiran. Padahal, target MDG's angka kematian ibu adalah 102 per 100 ribu kelahiran. "Masih banyak masyarakat Indonesia yang proses persalinannya secara tradisional dengan dibantu oleh Paraji atau dukun beranak, terutama di wilayah Indonesia Timur," ujarnya, Jumat (25/5).

Sedangkan di wilayah perkotaan, proses persalinan secara tradisional masih ditemukan di daerah pinggiran, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor. "Ini yang kami himbau kepada masyarakat agar melakukan periksa kehamilan kepada tenaga medis, agar keselamatan ibu dan bayi dapat terjamin," ujarnya.

Selain itu, nutrisi bagi ibu hamil juga harus terpenuhi agar bayi tidak lahir cacat. Agung menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil menjadi permasalahan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. "Di sinilah peran tenaga medis yakni memberikan informasi mengenai makanan apa saja yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil, apabila makanan pokok tidak bisa terpenuhi maka bisa diberi nutrisi tambahan seperti vitamin," ujarnya.

Dr Agung menambahkan, pemberian ASI eksklusif kepada bayi dilakukan minimal selama enam bulan pertama. Setelah itu, pemberian ASI bisa dilanjutkan sampai umur 2 tahun. "Kami selalu menghimbau untuk segera memberikan ASI ekslusif selama enam bulan pertama," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement