Jumat 25 May 2012 18:53 WIB

Islamofobia Bentuk Kolonialisme AS dan Sekutu

Rep: Gita Amanda/ Red: Dewi Mardiani
Warga Afghanistan menggelarkan aksi demonstrasi anti-Amerika menyusul insiden pembakaran alquran di Kamp Militer Amerika Serikat.
Foto: AP/Rahmat Gul
Warga Afghanistan menggelarkan aksi demonstrasi anti-Amerika menyusul insiden pembakaran alquran di Kamp Militer Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN-- Seorang analis politik Iran mengatakan, Islamofobia merupakan sejenis "politik kolonialisme" dan "perang ideologi". Islamofobia dilancarkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya, Israel terhadap umat muslim. Penulis produktif Iran dan ahli Timur Tengah Dr Salami Islam mengatakan, Islamofobia adalah bentuk politik kolonialisme dan perang ideologi terhadap Islam dan umat muslim.

"Ini adalah praktik yang merusak dan digunakan oleh Washingtong bersama sekutunya. Untuk membenarkan nafsu mereka terhadap Muslim. Mereka memberikan validitas untuk ekspedisi militer mereka di negara-negara Muslim, dan meraih banyak sumber daya mereka," ujar Dr Ismail seperti dilansir Press TV.

Pendapat tersebut merujuk pada kasus penembakan warga sipil Afganistan oleh pasukan militer AS, pada Maret lalu. Saat itu, 18 orang termasuk sembilan anak tewas saat mereka tidur. Peristiwa lainnya adalah pembakaran salinan Al-quran pada beberapa waktu lalu.

Salami mencatat, hal ini merupakan kampanye besar-besaran AS terhadap Islam. Menurutnya tindakan AS bertujuan melemahkan komunitas muslim. Salami juga menjelaskan, akar sistem kampanye Islamofobia oleh Washington dapat ditelusuri melalui aksi serangan 11 September 2001. Dari sana dapat terlihat reaksi ideologis AS atas kejadian tersebut.

Menurutnya, perang terhadap Islam telah dimulai pada 2001. Saat Presiden AS George Bush membuat referensi kasar, yang menyamakan perang terhadap teror dengan perang salib. Ia menambahkan, secara bertahap Washington telah menanamkan sensasi anti-Islam di Amerika dan Eropa. Mereka menghubungkan tragedi 9/11 dan operasi teroris pada umat muslim.

Penulis HAM dalam Islam tersebut juga menyebutkan, adanya upaya pada militer AS untuk memprovokasi anggota mereka. Para anggota militer dibuat membenci Islam, dan melakukan perlawanan total terhadap Islam. Hal tersebut disebut-sebut untuk melindungi AS.

"Militer AS mengadakan kursus di Sekolah Staff Gabungan Departemen Pertahanan Angkatan, mereka mengajarkan siswa untuk menggunakan gaya kampanye 'Hiroshima' di Negara Muslim. Dan menyasarkan target pada penduduk sipil mana pun jika perlu," kata Salami.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement