REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR---Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Ngurah Wijaya menilai selama ini masyarakat Pulau Dewata kurang percaya diri pada masakan tradisionalnya.
"Kita selama ini tidak sadar dan tidak percaya diri bahwa makanan Bali akan laku dijual. Masyarakat pun sudah mulai memilih mengonsumsi makanan cepat saji," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, GIPI Bali akan berusaha menumbuhkan motivasi dan kepercayaan diri masyarakat utamanya melalui para koki yang berkecimpung pada industri pariwisata.
"Padahal masakan Bali itu sangat bervariasi dan layak untuk ditonjolkan. Wisatawan asing pun sebenarnya banyak yang ingin mencoba, namun di daerah kita sangat minim ada kuliner itu di restoran ataupun hotel," ujarnya.
Terkait dengan promosi kuliner Bali, ia menyarankan harus dimulai oleh orang Bali itu sendiri. Semua masyarakat, tidak hanya koki, harusnya bertanggung jawab untuk mengenalkan kepada publik.
"Saya yakin, kalau sudah dikenal, pastinya masakan kita akan dicari. Sebelum terkenal, maka kita kenalkan dulu. Masakan Bali kan tidak hanya babi guling, masih ada tum, pepes, lawar klungah dan sebagainya," ujarnya.
Intinya, kata Wijaya, mulailah menonjolkan identitas kita. "Mengapa kita tidak percaya diri? Kurangnya rasa percaya diri, ini bukan karena masakan Bali gagal menjadi raja di negerinya sendiri, tetapi mungkin ada yang kurang misalnya masalah teknologi dan standardisasi," ucapnya.
Teknologi, lanjut dia, kaitannya bagaimana bisa membuat daging dalam kuliner Bali menjadi lebih lembut, kaldu yang bagus sehingga tidak memakan waktu yang lama untuk memasak.
"Sedangkan standardisasi, kalau makan sekarang, besok, lagi dua hari dan seterusnya agar masakan kita bisa dijaga tetap sama rasanya," kata Ngurah Wijaya.