REPUBLIKA.CO.ID, NUNUKAN -- Gula pasir dari Malaysia yang banyak beredar di pasaran Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, dirasakan lebih manis oleh warga setempat.
Selain itu, warnanya pun lebih putih dan harganya cukup miring karena jarak ke perbatasan Malaysia dari pulau terluar ini lebih dekat.
Warga Pulau Sebatik membandingkannya dengan kualitas gula pasir di Makassar, Sulawesi Selatan. "Gula pasir dari Makassar warnanya kemerahan dan kurang manis, sehingga tidak ada yang mau jual di sini," kata Karmawati (35 tahun), warga Desa Mantikas, Kecamatan Sebatik Barat, Ahad (27/5).
Istri nelayan asal Bone, Sulsel, itu menyebutkan bahwa harga gula pasir asal Malaysia dijual dengan harga Rp 9.500 per kilogram. "Sedangkan gula pasir dari Sulawesi harganya bisa jauh lebih mahal jika masuk Sebatik, katanya.
Bahkan, menurut Karmawati, gula pasir asal Malaysia itu masuk juga dari Sebatik ke pasar Makassar. "Di sana harganya Rp 12 ribu per kilogram,'' ungkapnya.
Selain gula pasir, sedikitnya 40 persen kebutuhan sembako di Pulau Sebatik berasal dari Malaysia. Yaitu mulai dari beras, minyak goreng, hingga gas.
"Beras terpaksa didatangkan dari Malaysia karena biayanya lebih ekonomis. "Lahan sawah di Sebatik sendiri sangat terbatas," kata Juwadi, seorang pegawai negeri sipil di Desa Sungai Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur.
Harga beras kualitas bagus dijual dengan harga Rp 8.000-Rp 8.500 per kilogram, minyak goreng Rp 10 ribu per kilogram, dan elpiji ukuran 14 kilogram dibanderol Rp 125 ribu per kilogram.
Saat ini Pulau Sebatik tengah menerima kunjungan kerja Menko Kesra Agung Laksono dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Kedua menteri sepakat untuk memberikan banyak perhatian untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan SDM di Pulau Sebatik. Segenap aparat yang bertugas di pulau-pulau terluar seperti ini juga akan mendapatkan insentif khusus," kata Agung.