Senin 28 May 2012 07:30 WIB

Prancis Tangkap Komandan Militer ETA

Tiga anggota kelompok separatis Basque ETA menyatakan pemberhentian sepenuhnya perjuangan bersenjata yang telah berlangsung 50 tahun dan menewaskan setidaknya 850 orang, dalam gambar yang diambil dari potongan video yang dirilis ke situs web surat kabar be
Foto: REUTERS/Gara/Handout
Tiga anggota kelompok separatis Basque ETA menyatakan pemberhentian sepenuhnya perjuangan bersenjata yang telah berlangsung 50 tahun dan menewaskan setidaknya 850 orang, dalam gambar yang diambil dari potongan video yang dirilis ke situs web surat kabar be

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID --  Polisi Prancis menangkap komandan militer kelompok separatis Basque ETA, Oroitz Gurruchaga Gogorza, dan wakilnya, Ahad (27/5) waktu setempat. Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengatakan, Gurruchaga dan wakilnya, Xabier Aramburu, ditangkap di desa Prancis baratdaya, Cauna, ketika sedang bepergian dengan sebuah kendaraan dengan nomor palsu, dalam operasi gabungan yang dilakukan polisi Prancis dan Spanyol.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian 829 orang selama empat dasawarsa perjuangan bersenjata mereka untuk mendirikan sebuah negara merdeka Basque di wilayah Spanyol utara dan Prancis selatan. Pada 20 Oktober tahun lalu, kelompok separatis bersenjata itu mengumumkan 'penghentian tetap kegiatan bersenjatanya' setelah serangan-serangan bom dan penembakan selama lebih dari 40 tahun.

"ETA memutuskan penghentian tetap kegiatan bersenjatanya," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan dalam bahasa Basque, Spanyol, Prancis dan Inggris, di situs surat kabar Basque Gara.

"ETA mendesak pemerintah Spanyol dan Prancis membuka sebuah proses dialog langsung dengan tujuan mengatasi dampak konflik dan konfrontasi bersenjata. Melalui deklarasi bersejarah ini, ETA menunjukkan komitmen tegas, solid dan pasti," katanya.

Deklarasi itu menyoroti berakhirnya kelompok separatis besar keras terakhir di Eropa Barat yang dituduh bertanggung jawab atas kematian ratusan orang. Madrid sejauh ini menolak melakukan dialog dengan kelompok itu, dengan menekankan mereka harus membubarkan diri secara sepihak tanpa pamrih.

Spanyol dan Prancis bekerja erat untuk menumpas ETA, yang bertanggung jawab atas kematian ratusan orang dalam perang gerilya 42 tahun mereka untuk mendirikan negara merdeka Basque di wilayah-wilayah Spanyol utara dan Prancis baratdaya. ETA, yang beberapa waktu lalu memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahasa Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan, kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Serangan fatal yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni 2009, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teroris di Kota Bilbao, Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol. Pada April 2010, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun.

sumber : AFP/Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement