REPUBLIKA.CO.ID, KRAYAN -- Ketika krisis bahan bakar minyak (BBM) dan antrean panjang tengah melanda SPBU di kota-kota Pulau Kalimantan, wilayah perbatasan RI-Malayasia ada yang sama sekali tidak mendapat pasokan BBM, bahkan tidak memiliki SPBU.
Di wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sabah dan Sarawak (Malaysia) ini pun harga BBM mencapai Rp 10 ribu-Rp 60 ribu per liter.
Harga tersebut berlaku untuk semua jenis BBM dengan keuntungan sekitar Rp 2.000 per liter. "Masyarakat membelinya dari Malaysia dan di jual di sini," kata Samuel, camat Krayan, kepada Republika, Senin (28/5).
Harga Rp 10 ribu berlaku jika keadaan normal. Namun, jika hujan dan jalanan berlumpur saat memasuki Indonesia, berlakulah harga jual Rp 60 ribu per liter. "Jalanan di daerah Indonesia ini kondisinya hancur," kata Samuel.
Yang lebih sulit adalah warga Krayan Selatan. Mereka belum memiliki jalan akses langsung ke perbatasan Malaysia. Akhirnya mereka harus berbelanja pelbagai kebutuhan pokok asal Malaysia ke kota Kecamatan Krayan. Barang-barang itu kemudian dijual lagi di kota Kecamatan Krayan Selatan dengan harga lebih mahal lagi,
"Medan jalan yang berat membuat harga kebutuhan pokok kian mahal setelah tiba di daerah kami,," kata Camat Krayan Selatan, Mafri Kornelius.
Ia menyebutkan, harga BBM di daerahnya dalam keadaan normal mencapai Rp 25 ribu-Rp 30 ribu. Namun, jika sudah dikirim lagi ke desa di pelosok yang jaraknya 50 kilometer menjadi Rp 60 ribu per liter. Harga setinggi ini juga berlaku jika kondisi cuaca dan medan tidak normal.
Lonjakan harga ini juga berlaku untuk minyak goreng curah, yaitu antara Rp 20 ribu sampai Rp 40 ribu per liter. Kemudian gula pasir dengan harga Rp 25 ribu-Rp 35 ribu per kilogram.