REPUBLIKA.CO.ID, Gamelan dengan segala keunikan nada-nada yang dihasilkan dari perangkat musik itu ternyata tidak hanya memperkaya khazanah bermusik Tanah Air.
Boleh jadi tak banyak yang tahu bahwa gamelan pun punya andil terhadap harmonisasi karya para komponis dunia.
Terilhami gamelan, komponis Prancis Claude Debussy [1862-1918] meninggalkan jejak yang bukan saja tak terhapuskan, tapi juga tak terhindari lagi dalam sejarah musik barat. Bahkan, komponis Prancis ini mulai mendapat pengikut. Beberapa komponis mengikuti jejaknya, dengan, antara lain, memasukkan unsur-unsur gamelan pada karya mereka.
Komponis Prancis Francis Poulenc [1899-1963] dan komponis Kanada Colin McPhee [1900-1964] juga termasuk kelompok yang turut terlena dengan hipnotis gamelan, terutama pada gamelan bali.
Karya utama Poulenc yang sangat bernapaskan gamelan adalah konser untuk dua piano dalam D minor, ciptaan tahun 1932. Konser ini terdiri dari tiga bagian, Allegro ma non troppo, Larghetto dan akhirnja Allegro molto.
Dua kali entakan pada pembukaan langsung diikuti hembusan nafas Bali, baru sesudah itu terdengar kelincahan dan kejenakaan Mozart. Kadang-kadang masih diselingi musik Afrika. Gaya Mozart ini begitu kentara di bagian kedua yang lambat, Larghetto.
Tapi warna Afrika, jazz dan Bali kembali terdengar di bagian tiga. Tentu saja nafas utamanya tetap Mozart. Tak pelak lagi, dalam konser untuk dua piano ini Poulenc mendandani Mozart dengan lenggak-lenggok Bali.
Motif gamelan bali dalam satu karya Poulenc lain tidak sejelas konser untuk dua piano itu. Bagian pembukaan opera pendek surealis Les Mamelles de Tirésias (Payudara Tirésias), ciptaan tahun 1947, terdengar napas pentatonisnya. Sekitar menit keenam bagian ini, diakhiri dengan sentuhan gamelan bali.