REPUBLIKA.CO.ID, Hipnotis gamelan bali pada komponis Kanada Colin McPhee terasa lebih personal. Tak sekadar mengagumi unsur musik gamelan, dia juga menetap di Bali, persisnya di desa Sayan, dekat Ubud, antara tahun 1931 sampai 1938.
Ia jatuh cinta pada gamelan Bali, dan selama hidupnya hanya bergelut dengan musik ini. Ia menulis buku tentang gamelan Bali dan juga menciptakan karya-karya musik berdasarkan gamelan Bali serta gamelan Jawa.
Menurut Ernst Heins, pakar gamelan di Belanda, dengan penelitian mendalam, Colin McPhee telah membuka gamelan Bali untuk dunia. Walau demikian, Heins tidak yakin McPhee waktu itu ikut main gamelan, duduk di tanah bersama-sama orang Bali. Jarak antara orang kulit putih dengan pribumi waktu itu masih terlalu jauh.
Karya Colin McPhee yang paling terkenal adalah Tabuh-Tabuhan, toccata untuk orkestra dan dua piano yang diciptanya tahun 1936, ketika sedang berkunjung ke Meksiko. Gubahan ini terdiri dari tiga bagian, bagian pertama Ostinato - Animato, bagian kedua Nocturne - Tranquilo dan bagian ketiga, Finale - Quieto e misterioso.
Jelas ini struktur komposisi barat, bukan struktur gamelan Bali. Ernst Heins memperingatkan, walaupun terdengar sebagai gubahan Bali, Tabuh-tabuhan tidak dimainkan oleh instrumen tradisional Bali, semua dimainkan oleh instrumen barat. Struktur gamelan Bali hampir tidak ada pada karya ini, yang terdengar adalah warna suara atau tangga nada, larasnya. “Tapi struktur kothèkan belum ada,” tegas Heins.
Kenyataan ini bukan merupakan keberatan bagi I Wayan Rai, seorang pakar gamelan Bali. “Colin McPhee itu mentransfer gending-gending Bali ke dalam instrumen musik Barat,” tegasnya. Itu jelas merupakan suatu pembaruan, terobosan yang luar biasa, tambahnya. Mendengar Tabuh-Tabuhan, Wayan Rai merasa bangga. “Berarti musik Bali diperhatikan oleh orang Barat!” tandasnya.
Dia tidak merasa karya McPhee itu telah merusak tradisi Bali. “Itu sah-sah saja sebagai sebuah karya seni,” katanya. Bagi pemusik Guruh Sukarno Putra, apa yang dilakukan oleh Colon McPhee ini pantas dijadikan teladan oleh pemusik Indonesia.
Dari komponis Francis Poulenc lewat Colin McPhee, kita akan sampai pada komponis Inggris Benjamin Britten [1913-1976]. McPhee memperkenalkan musik bali pada Britten. Mereka bertemu di New York pada tahun 1940an, semasa Britten hidup dalam pengasingan karena, sebagai penganut pasifisme yang anti perang, dia menolak wajib militer selama Perang Dunia Kedua.
Waktu itu mereka berdua juga sempat merekam transkripsi piano McPhee atas beberapa motif gamelan bali. Setelah perang Britten bertemu Poulenc dan keduanya tampil sebagai solis pada pementasan konser untuk dua pianonya Poulenc di Albert Hall, London, pada tanggal 16 Januari 1955.
Setahun kemudian, pada tahun 1956, bersama pasangan hidupnya, penyanyi bersuara tenor Peter Pears, Benjamin Britten mengadakan perlawatan ke Timur jauh. Mereka berada di Bali mulai 12-25 Januari 1956. Dari perlawatan ini paling sedikit lahirlah dua karya musik yang berwarna Bali. Itulah The Prince of The Pagodas, musik balet dengan motif Bali di sana-sini serta opera Death in Venice yang kental warna Balinya.
Sejak itu gamelan Bali dan Jawa telah merupakan bagian integral khazanah musik dunia. Selain Claude Debussy, Francis Poulenc, Colin McPhee dan Benjamin Britten, makin banyak saja komponis yang menyertakan unsur gamelan pada musik mereka.