REPUBLIKA.CO.ID, Anjuran menyampaikan berita gembira tersebut tersurat dari amar-amar, atau perintah yang banyak termaktub berulang-ulang, baik dalam Alquran ataupun hadis. Banyak ayat Alquran yang berisi bisyarah yang ditujukan kepada hamba-hambanya.
Salah satunya ayat berikut: "Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku." (QS. Az-Zumar: 17).
Tidak hanya Alquran, hadis-hadis pun tak sedikit memuat kabar gembira untuk umat. Di antaranya, kabar gembira yang tertera dalam hadis riwayat Abu Dawud dan Turmudzi.
Dalam hadis tersebut Rasulullah meminta agar memberikan kabar gembira akan cahaya yang sempurna di hari kiamat kepada orang-orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid.
Akhlak para nabi
Memberi kabar gembira adalah bagian dari sifat para nabi dan rasul. Allah mengutus mereka sebagai penyampai risalah sekaligus berita gembira tentang nikmat bila mereka menjawab ajakan tersebut.
Allah SWT berfirman, "Mereka Kami utus selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nisaa': 165).
Aktivitas berbagi bisyarah juga termasuk unsur tak terpisahkan dari akhlak Rasulullah SAW. Allah mengutusnya dengan kebenaran dan ditunjuk sebagai pembawa berita gembira. "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba': 28).