REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM - Dua anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengunjungi keluarga tiga tenaga kerja Indonesia di Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan, Kabupaten Lombok Timur, yang meninggal dunia di Malaysia karena ditembak.
Tohri, kakak kandung Abdul Kadir Jaelani, salah seorang TKI yang tewas ditembak di Negeri Sembilan, Malaysia di Pringgasela, Rabu (30/9) mengatakan bahwa kehadiran anggota Komnas HAM itu untuk menyampaikan hasil investigasi tim komnas di Malaysia beberapa waktu lalu.
Kedatangan mereka ke Pancor Kopong, kata dia, untuk melakukan cek silang dengan pihak keluarga korban. "Menurut majikan di Malaysia, adik saya bersama dua TKI lainnya berkelakuan baik," ungkapnya menyampaikan penuturan dari Komnas HAM>
Dua anggota Komnas HAM, menurut Tohri, juga menjelaskan, selama di rumah, ketiga TKI itu tidak pernah tersangkut kasus kriminal. Ia mengatakan bahwa Komnas HAM berjanji akan membantu keluarga korban untuk menyelesaikan kasus penembakan tiga TKI asal Lombok Timur itu, terutama untuk mengungkap penyebab kematian korban dan dugaan adanya penjualan organ tubuh.
"Komnas HAM juga meminta keterangan dari kami. Dan, kami menjelaskan kepada mereka bahwa kami sempat berkomunikasi dengan korban sebelum meninggal," katanya.
Selain itu, lanjut dia,Komnas HAM juga telah bersurat kepada Polri untuk meminta hasil autopsi tersebut. "Kami pihak keluarga masih ragu dengan hasil hasil autopsi beberapa waktu lalu karena ada kejanggalan," kata Tohri.
Komentar senada juga diungkapkan H. Maksum, ayah Herman. Dia berharap kasus itu bisa diselesaikan segera. Pasalnya, sampai saat ini ia dan keluarga masih ragu dengan tuduhan bahwa anaknya merampok.
"Kami tidak yakin kalau anak kami merampok di Malaysia. Oleh karena itu, kami meminta agar kasus penembakan itu diusut tuntas," katanya menegaskan.
Ridha Shalehan salah seorang dari dua anggota Komnas HAM mengatakan bahwa tiga TKI yang tewas ditembak di Malaysia itu bukan TKI ilegal karena mereka memiliki dokumen.