Kamis 31 May 2012 19:47 WIB

Rusia - AS Saling Serang Soal Suriah

Suasana di kota Homs, Suriah, Senin (28/5).
Foto: AP
Suasana di kota Homs, Suriah, Senin (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Moskow dan Washington, Kamis (31/5) saling melancarkan pukulan diplomatik sengit gara-gara Suriah. AS menuduh Suriah mendorong sekutunya ke dalam perang saudara sementara Kremlin menuduh Gedung Putih bersikap emosional.

Saling serang tersebut terjadi saat Presiden Vladimir Putin bersiap mengahadapi pemimpin Jerman dan Prancis, Jumat (, selama kunjungan pertamanya ke luar negeri sejak pelantikannya 7 Mei untuk masa jabatan kontroversial ketiga.

Rusia telah menjelaskan sejak awal Putin takkan tergerak oleh kemarahan dunia Arab dan Barat sehubungan dengan penolakannya untuk mendukung tindakan terhadap pemerintah negara Timur Tengah itu, yang memiliki hubungan erat dengan Moskow sejak era Uni Sovyet.

"Sikap Rusia sudah diketahui. Itu seimbang dan konsisten dan sepenuhnya logis," kata Juru Bicara Putin, Dmitry Peskov, sebagaimana dikutip. "Jadi nyaris tidak layak untuk berbicara mengenai perubahan posisi ini di bawah tekanan seseorang.  Kami mengetahui itu sesungguhnya bisa jauh lebih buruk daripada kondisinya sekarang," kata wanita juru bicara itu.

Namun Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menggunakan bahasa lugasnya untuk menyatakan kesabaran Washington dengan Moskow mulai tipis dan tindakan mendesak di Dewan Keamanan PBB mengenai Suriah diperlukan.

Pemerintah Rusia "memberitahu saya mereka tak ingin melihat perang saudara. Saya telah memberitahu mereka kebijakan mereka akan membantu memberi sumbangan bagi perang saudara," kata Hillary dalam pertemuan --yang kebanyakan pesertanya mahasiswa-- di Copenhagen, Denmark.

"Kita harus mengajak serta pemerintah Rusia sebab bahaya yang kita hadapi mengerikan," kata Hillary sebagaimana dikutip, Kamis (31/5) malam. Gedung Putih pada Rabu (30/5) juga menuduh Rusia berada "di sisi yang keliru dalam sejarah" dan mengirim kepala dinas intelijen keuangan di Departemen Keuangan AS ke Moskow untuk mengadakan pembicaraan lebih lanjut.

Rusia berkeras negara itu tak mendukung rejim Presiden Bashar al-Assad tapi menghormati hukum internasional dan kebijakan tidak-mencampuri dalam konflik dalam negeri suatu negara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement