REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Humas BP Migas, A Rinto Pudyantoro, menyatakan, potensi gas di Indonesia, masih lumayan besar. Bahkan jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi minyak yang diperkirakan dalam 12 tahun habis.
"Potensi gas di Indonesia mencapai 107,34 triliun kaki kubik, lokasinya merata di seluruh Indonesia, berbeda dengan potensi cadangan minyak yang semakin menipis," katanya, dalam edukasi wartawan di Jakarta, Kamis (31/5).
Ia menjelaskan, potensi (proven) gas di Indonesia tersebut, kemungkinan juga masih bisa berkembang. Rinto menyebut masih ada potensi yang kemungkinan masih bisa dikembangkan lagi sebesar 52,29 triliun kaki kubik.
Melihat potensi gas itu, menurut dia, pemerintah berusaha mengalihkan pemanfaatan energi dari minyak ke gas. "Apalagi, produksi gas Indonesia juga masih rendah sekitar 670 ribu kaki kubik per harinya," katanya, menjelaskan.
Sementara ini, lanjutnya, potensi minyak di Indonesia mencapai 4,303.10 miliar barel, sedangkan potensi yang kemungkinan masih bisa dikembangkan mencapai 3,685,39 miliar barel.
Dengan kondisi itu, lanjutnya, pontesi minyak yang ada tersebut, dengan produksi minyak, sekarang ini sekitar 900 ribu barel per hari, diperkirakan dalam 12 tahun habis. Hanya saja, Rinto alumnus Universitas Gajahmada itu menegaskan, perkiraan habisnya minyak tersebut, juga belum tentu kebenarannya, sebab kemungkinan masih ada temuan cadangan minyak baru.
"Dulu semasa saya kuliah ada perkiraan dari dosen saya, minyak di Indonesia dalam 10 tahun habis. Kenyataan setelah 20 tahun masih ada dan ada perkiraan baru 12 tahun habis," paparnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, besarnya cadangan migas di Indonesia itu, relatif sangat minim, dibandingkan dengan potensi cadangan migas yang ada di negara penghasil minyak di dunia, seperti Arab Saudi.
Sebaliknya, katanya, Indonesia relatif kaya dengan sumber daya alam, air, matahari, hutan, tapi tidak kaya dengan sumber migas.