REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Angka bunuh diri di Indonesia yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, khususnya pemerintah. "Bunuh diri adalah persoalan komplek yang bisa disebabkan faktor ekonomi, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, dan spiritual. Dari tahun ke tahun, angka bunuh diri terus meningkat. Tetapi ironisnya, perhatian pemerintah dan institusi lain terhadap masalah ini masih sangat kurang," kata pengasuh Pondok Pesantren Al Qodir, Cangkringan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, KH Masrur Ahmad, Jumat (1/6).
Menurut dia, pelaku bunuh diri ternyata berasal dari beragam kalangan karena tidak hanya didominasi orang miskin atau orang yang tingkat pendidikannya rendah. "Kalangan terpelajar dan orang-orang kaya juga banyak yang melakukan bunuh diri. Mahasiswa, politisi, dan bos-bos perusahaan ada yang bunuh diri. Ini tentu sangat memprihatinkan," katanya.
Ia mengatakan, atas berbagai pertimbangan, Ponpes Al Qodir yang selama ini peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan, merasa terpanggil untuk memelopori berdirinya lembaga yang konsen membahas masalah bunuh diri. "Ponpes Al Qodir telah mendirikan Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri (LKPBD) Kunang-kunang di bawah naungan Yayasan Ponpes Al Qodir," katanya.
LKPBD, menurut Mansur, bukan hanya mengkaji secara teori penyebab terjadinya bunuh diri. Lembaga ini juga diharapkan memberikan solusi agar masyarakat kembali punya semangat untuk meneruskan hidupnya dan tidak putus asa atau kehilangan akal sehat.
"Kegiatan resmi pertama kali, LKPBD akan menggelar seminar dan diskusi tentang Bunuh Diri Masa Kini pada Sabtu, 2 Juni 2012 di Ponpes Al Qodir. Sebagai pembicara dalam seminar tersebut, kata dia, Ketua LKPBD Kunang2 Al Qodir, Wiranata Adi Sasmita yang selama ini banyak melakukan riset soal bunuh diri dan Dicky Sofjan dari ICRS Universitas Gadjah Mada," katanya.