REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON--Komunitas muslim Boston enggan menyebut diri mereka sebagai komunitas enklusif. Mereka justru mencoba mendorong untuk adanya keberagaman dalam masyarakat AS.
Akademi Al-Noor misalnya, baru-baru ini mempekerjakan guru bahasa Inggris dari kalangan non-muslim. Sosok yang mendapatkan kesempatan itu adalah Rick Booth. Saat diminta komentar, Rick mengatakan dirinya begitu tersanjung dengan penerimaan pihak sekolah dan para siswa. "Saya mencoba untuk menolaknya, tetapi saya terlanjut jatuh cinta dengan tempat itu. Saya seperti berada di rumah," kata dia seperti dikutip onislam.net, Ahad (2/6).
Akadami Al-Noor merupakan SMA Islam terbesar di kawasan Boston raya, sekolah ini didirikan tahun 2000 silam oleh komunitas muslim. Kurikulumnya mencakup semua pelajaran yang diajarkan di sekolah umum tetapi ditambah agama Islam dan bahasa Arab. Mereka juga diajarkan untuk shalat lima waktu dalam sehari dan kajian Alquran.
"Saya begitu menghormati apa yang mereka jaga," kata Booth.
Seorang guru lain, Fatma Abdelwahab, mengatakan Booth menunjukan rasa profesional yang luar biasa. Ia sadar, tak begitu mudah baginya untuk berada dalam lingkungan yang begitu berbeda. "Ia menunjukan segala hormat. Ia memang bingung, tapi ia mau belajar. Dan ia selalu berhasil menemukan cara untuk mempermudah dirinya," kata dia.
Siswa tahun kedua, Firas Al-Shaar mengatakan setiap hari besar Islam ia tidak akan memberikan pekerjaan rumah. "Ini cukup menyenangkan,:" kata dia.
Sebelum Booth mengajar, ia adalah seorang wartawan The Sun Westerly. Saat itu, dia belum memahami bagaimana Islam dan Muslim termasuk makna dari penggunaan jilbab dan burka. "Muslimah di sekolah ini menampilkan perempuan dalam arti amerika. Mereka sederhana, ini yang saya lihat ketika perempuan amerika 60 tahun lalu," katanya.
Malak El-Sayad, seorang ssiswa baru, menyatakan penghargaannya atas pandangan Booth terkait bagaimana seorang muslimah berpakaian. "Dia benar-benar membawa wawasan baru pada kami," ujarnya.
Lain lagi dengan pendapat Sharif Abdelal, seorang siswa senior. Ia melihat booth dalam dua sisi yakni sebagai guru dan manusia. "Ia pernah berdiskusi pada saya bahwa menghormati sesama adalah cara bagaimana menghadapi budaya asing," pungkasnya