Selasa 05 Jun 2012 11:49 WIB

Bila Ingin Masuk Afghanistan, Pakistan: AS Harus Minta Maaf Dulu

Gerilyawan Pakistan
Foto: arrahmah.com
Gerilyawan Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON---Amerika Serikat (AS) harus meminta maaf atas serangan udara yang menewaskan 24 tentara Pakistan jika negara itu ingin Pakistan membuka kembali rute untuk memasok kebutuhan perang ke Afghanistan, kata Menteri Luar Negeri Pakistan Hina Rabbani Khar.

Karena serangan mematikan pada November 2011, Islamabad menutup jalur penting pasokan bagi pasukan AS dan sekutunya. Penutupan jalur itu memaksa mereka melewati rute sebelah utara, yang lebih mahal dan lebih jauh dengan melalui Rusia dan Asia Tengah.

"Parlemen yang mewakili 180 juta warga telah berbicara mengenai satu subjek," kata Khar. Ia merujuk pada kebijakan baru terhadap hubungan AS-Pakistan yang disetujui oleh parlemen Pakistan. Para anggota parlemen tersebut menuntut permintaan maaf AS terkait akan hal itu.

"Permintaan maaf AS adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan pada hari insiden tersebut terjadi. Dan hal itu (permintaan maaf) bukan hanya merupakan tuntutan dalam sebuah kemitraan, tetapi juga suatu kebutuhan," katanya.

Hubungan yang putus nyambung antara Islamabad dan Washington berada pada titik rendah yang baru. Dengan mendekatnya pemilu AS pada November nanti, Presiden Barack Obama tidak mungkin meminta maaf kepada Pakistan karena akan mendapat serangan dari pesaingnya dari Partai Republik Mitt Romney.

Pertemuan puncak NATO di Chicago berakhir dua pekan lalu tanpa kesepakatan terkait jalur pasokan AS ke Afghanistan.

Namun Khar mengatakan bahwa dengan adanya tantangan politik tersebut, AS harus berlaku sesuai dengan prinsip yang dianggap benar oleh Pakistan dan bukan yang lebih populer.

Dia mengatakan bahwa Pakistan juga memiliki rintangan politik tersendiri. "Bagi kami di Pakistan, yang paling populer untuk dilakukan saat ini adalah dengan tidak membuka jalur pasokan NATO sama sekali. Selamanya kami tidak akan membukanya," katanya.

"Jika kami adalah penasehat politik untuk perdana menteri, hal itu yang akan saya sarankan. Tapi saya tidak menyarankannya melakukan itu, karena yang dipertaruhkan jauh lebih penting bagi Pakistan ketimbang hanya menang dalam satu pemilu," katanya.

Sejumlah jalur yang melalui Pakistan, yang kini ditutup selama lebih dari enam bulan, merupakan jalur penting untuk penyaluran logistik bagi NATO. Pada akhir 2014, NATO berencana melakukan penarikan pasukan besar-besaran.

Namun sejauh ini pejabat AS menolak permintaan Pakistan untuk membayar beberapa ribu dolar bagi setiap truk yang melintasi perbatasan.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement