REPUBLIKA.CO.ID, Usai Abu Bakar bercerita, Thalhah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar tercengang.
“Mari kita temui Muhammad, dan ceritakan kepadanya peristiwa yang engkau alami dengan pendeta Bushra itu. Dengarkan pula apa yang dikatakan Muhammad tentang agama yang dibawanya, agar engkau tahu dan mau mengikutinya,” ujr Abu Bakar penuh suka cita.
Dengan mudah keduanya bisa menemui Rasulullah. Beliau pun menjelaskan apa itu Islam kepada Thalhah. Selain itu, Rasulullah juga mengabarkan tentang kebaikan dunia dan akhirat serta membacakan beberapa ayat Alquran.
Thalhah merasa dadanya begitu lapang. Ia lantas menceritakan pengalamannya bersama pendeta Bushra. Mendengar itu, Rasulullah sangat gembira. Kegembiraan itu terpancar jelas di wajah beliau.
Thalhah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.” Thalhah menjadi orang keempat yang menyatakan Islam di hadapan Abu Bakar.
Bagi keluarganya, peristiwa masuk Islamnya pemuda Quraisy itu bagaikan petir. Mereka amat gelisah, terlebih-lebih ibunya. Ibunya pernah berharap agar Thalhah kelak menjadi pemimpin kaumnya. Apalagi ada bakat mulia tersimpan dalam diri anaknya itu.
Orang-orang yang sesuku dengan Thalhah berusaha keras membujuknya agar keluar dari Islam. Mula-mula hanya dirayu dan dibujuk. Namun, pendirian Thalhah sangat kokoh bagaikan gunung karang. Setelah putus asa dengan cara lemah lembut, mereka akhirnya bertindak kasar. Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santun itu.
Mas’ud bin Kharasi bercerita, “Pada suatu hari, ketika aku sedang melaksanakan sa’i antara Shafa dan Marwah, aku melihat sekelompok orang menggiring seorang pemuda dengan tangan terbelenggu di lehernya. Orang-orang itu berlari di belakang sambil mendorong, memecut, dan memukuli kepalanya.
Di tengah kerumunan orang itu, ada seorang wanita lanjut usia yang terus berteriak mencaci-maki pemuda di depannya. “Ada apa dengan pemuda itu?” tanya Mas’ud.
“Pemuda itu Thalhah bin Ubaidillah. Dia telah keluar dari agama nenek moyangnya dan mengikuti Muhammad anak Bani Hasyim,” jawab mereka.
“Lalu siapa wanita itu?”
“Ash-Sha’bah binti Al-Hadramy. Ibu Thalhah.”
Tak hanya itu yang dialami Thalhah. Seorang laki-laki bernama Naufal bin Khuwailid yang dijuluki Singa Quraisy, menerobos ke hadapan Thalhah sambil menyeret Abu Bakar. Lelaki bengis itu lantas mengikat Abu Bakar dan Thalhah menjadi satu.
Keduanya didorong kepada algojo kafir. Mereka dipukuli sehingga luka dan darah mengalir dari tubuh keduanya. Sejak saat itu, Thalhah dan Abu Bakar digelari oleh kaum Muslimin dengan Al-Qarinain, atau sepasang sahabat yang terikat.