REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --- Setelah kelangkaan BBM melanda Sumatra Selatan (Sumsel), kini pascakonversi minyak tanah ke gas elpiji tiga kilogram (3 kg), konsumen di daerah itu siap-siap mengalami kelangkaan pasokan. Sekretaris Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) Sumsel, Nina Hikmah, Selasa (5/6) mengatakan ancaman kelangkaan tersebut.
“Sumsel akan mengalami kelangkaan gas elpiji 3 kg karena sejak Mei lalu Pertamina sudah mengurangi pasokan gas elpiji ketrsebut ke agen-agen yang ada di Sumsel,” katanya. Dia menambahkan, gas elpiji 3 kg merupakan konversi dari minyak tanah ke gas yang disubsidi pemerintah.
“Selain itu ada gas elpiji tabung 12 kg yang dijual dengan subsidi dari Pertamina dan gas elpiji 50 kg yang tidak dibatasi suplainya, karena memang harganya tidak disubsidi,” katanya.
Alasan Pertamina mengurangi suplai gas elpiji 3 kg yang dibutuhkan masyarakat menengah ke bawah menurut Sekretaris Hiswana Migas Sumsel, karena diperkirakan bakal terjadi over kuota elpiji 3 kg. “Kuota elpiji jenis ini secara nasional tahun 2012 mencapai 15 juta ton. Sampai kwartal pertama sudah habis 3,75 ton,” tambah Nina Hikmah usai rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPRD Sumsel.
Sementara itu untuk Sumsel kuota elpiji 3 kg tahun 2012 sebanyak 75.000 kg. Sampai kwartal pertama telah terpakai sebanyak 22.000 kg. “Kondisi inilah yang menyebabkan Pertamina mengurangi suplai ke agen-agen elpiji di Sumsel,” ujar Nina Hikmah.
Kelangkaan elpiji 3 kg saat sudah mulai terjadi di Sumsel. Sudah sejak sepekan terakhir di Kota Lubuklinggau, warga kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg. Untuk mendapat gas elpiji warga harus keliling kota mendatangi agen dan warung-warung.