REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI--Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menilai kegagalan wilayahnya meraih Piala Adipura 2012 karena perilaku mayoritas masyarakat setempat yang masih mengabaikan kebersihan.

"Piala Adipura bukanlah target utama. Yang paling penting adalah membentuk karakter dan budaya masyarakat untuk mencintai kebersihan," katanya di Bekasi, Jawa Barat, Selasa.

Rahmat menganggap kegagalan tersebut sebagai sesuatu yang wajar sebab cita-cita pemerintah meraih Piala Adipura kontradiktif dengan sikap dan perilaku mayoritas masyarakatnya yang kurang cinta terhadap lingkungan.

Beragam upaya Pemerintah Kota Bekasi untuk kembali merebut Piala Adipura, antara lain dengan menambah infrastruktur pendukung untuk mengurus masalah persampahan.

Infrastruktur tersebut berupa pembagian 76 gerobak motor (baktor) pengangkut sampah pada seluruh kelurahan dan kecamatan. Truk pengangkut sampah pun ditambah sebanyak 13 unit pada tahun ini, tambahan 10 armada lainnya pada APBD Perubahan 2012.

Namun, upaya pengadaan sejumlah infrastruktur tersebut tak selaras dengan perubahan sikap masyarakat. Kegiatan K-3 yang digelar setiap akhir pekan, minim dipartisipasi masyarakat. Yang terjadi kemudian justru makin maraknya keberadaan tempat pembuangan sampah (TPS) liar.

"Mengubah masyarakat itu yang sulit, tetapi tetap kami upayakan perlahan demi tercapainya visi Bekasi Sehat, Cerdas, Ihsan. Visi Ihsan mencakup juga karakter budaya masyarakat akan kecintaan terhadap lingkungan dan kebersihan," ujar politikus Partai Golkar itu.

Dengan kegagalan tersebut, Kota Bekasi sudah dua tahun berturut-turut gagal menyandang gelar sebagai kota metropolitan terbersih.

Sebelumnya, Piala Adipura berhasil diraih pada tahun 2010 meski belakangan tersandung kasus karena Wali Kota Bekasi kala itu, yakni Mochtar Mohamad, dianggap terbukti bersalah menyuap tim penilai demi pemenangan piala tersebut.

Ikuti Whatsapp Channel Republika