REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Rusia terus mendapat tekanan besar setelah menolak mendukung rencana negara-negara barat untuk meminta Presiden Suriah Bashar Al-Assad mundur sebagai upaya penghentian konflik berdarah di Suriah.
Namun dalam pernyataannya kemarin, Rusia mengatakan bahwa mereka tidak bersikeras mendukung kekuasaan Assad.
Rusia menyatakan bahwa, bisa saja Presiden Bashar Assad meninggalkan kekuasaannya dan memberikan izin para pekerja bantuan untuk mengunjungi sejumlah tempat bermasalah di Suriah.
"Kami tidak pernah mengatakan atau bersikeras bahwa Assad tentu harus berkuasa hingga proses politik dan keadaan di Suriah berakhir," sebut Wakil Menter Luar Negeri Rusia, Gennady Gatilov.
Rusia berpendapat, jika mundurnya Assad memang menjadi cara untuk menyelesaikan krisis, langkah itu harus ditentukan oleh Suriah sendiri.
"Masalah ini tentunya harus diselesaikan oleh Suriah sendiri," lanjutnya.