REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pesan singkat (sms) yang beredar soal ancaman pengajian dan penyerbuan ke salah satu pondok pesantren di Jember, menurut Ketua Dewan Syuro' Ahlul Bait Indonesia (ABI), Umar Shihab merupakan sebuah bentuk kekhawatiran masyarakat.
Pengajian yang diselenggarakan di Desa Puger Wetan, Kecamatan Puger, Jember tersebut, kata Umar, sudah direncanakan sejak lama.
Namun, beberapa pihak di masyarakat merasa khawatir pengajian tersebut disusupi oleh provokator sehingga dikuatirkan terjadi gesekan-gesekan di masyarakat. Sebab, penceramah pengajian dikenal sebagai ulama yang berpandangan keras.
Menurut Umar, beberapa pihak masyarakat mengenal ulama Habib Muhdar al Hamid sebagai penceramah yang keras terhadap aliran Syi'ah. Atas dasar itulah, beberapa pihak mencoba menasehati penyelenggara pengajian untuk mengganti penceramah.
Namun, nasehat tersebut justru menimbulkan perselisihan antara penyelenggara dengan pihak-pihak tertentu.
"Dengan tipe penceramah seperti itu, ditakutkan disusupi oleh provokator yang akan menyebabkan gesekan di masyarakat," kata dia pada Republika, Kamis (7/6).
Namun, perselisiihan yang terjadi 10 hari lalu itu sudah diselesaikan berkat ditengahi pihak kepolisian Jember. Acara pengajian tetap dilaksanakan malam ini dengan penceramah yang direncanakan.
Oleh sebab itulah, tambah Umar, polisi harus menjaga acara pengajian tersebut untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Terlebih, ada pengerahan massa dari Bangil, Pasuruan untuk menghadiri pengajian tersebut.
Umar berharap, masyarakat jangan mudah terprovokasi dan terhasut dengan isu perbedaan Sunni dan Syi'ah. Menurutnya, isu itu justru akan merusak persatuan dan kesatuan di antara masyarakat sendiri.