REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT-- Rombongan pemantau tak bersenjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dihujani tembakan saat berusaha memasuki lokasi pembunuhan massal terbaru di Suriah, Kamis (7/6) untuk melakukan penyelidikan.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, para pemantau PBB tidak diberi izin masuk ke desa Mazraat al-Qubeir di provinsi Hama, Suriah tengah. Empat kendaraan konvoi yang membawa pemantau 'dihujani' tembakan senjata ringan.
Akibat kejadian itu sebuah kendaraan rusak, namun para pemantau dilaporkan tidak ada yang cedera.
"Patroli PBB itu menarik diri ke sebuah pos pemeriksaan di dekatnya. Mereka akan mencoba lagi besok untuk masuk ke Al-Qubeir," kata juru bicara PBB, Farhan haq.
Sebelumnya, The Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan sedikitnya 55 orang tewas dalam serangan hari rabu di Al-Qubeir, daerah pertanian kelompok sunni yang dikelilingi desa Alawit di provinsi Hama. Pasukan pro-Assad dilaporkan menyerang lahan pertanian, membantai perempuan dan anak-anak. Peristiwa ini semakin meningkatkan kecaman internasional setelah pembantaian 25 Mei lalu di Houla yang menewaskan 108 orang.
Ban mengutuk pembantaian di al-Qubeir dan menyebut pemerintahan Assad memuakkan. "Setiap darah yang keluar kembali kepada siapa yang bertanggung jawab. Setiap rezim yang membiarkan pembunuhan seperti itu telah kehilangan rasa kemanusiaannya," kata Ban.
Pasukan rezim dituduh memborbardir pemukiman kecil di Al-Qubeir sebelum pro milisi Assad melanjutkannya dengan menusuk dan menembak warga. Seorang warga dari desa menyaksikan mayat perempuan hangus terbakar dan anak-anak masih berbaring di Al-Kubeir Kamis.
"Saya melihat sesuatu yang tidak bisa dibayangkan. Ini adalah pembantaian mengerikan, orang dieksekusi dan dibakar. Mayat pemuda dibawa pergi," kata Laith, yang hanya memberikan nama depannya.
Sementara menurut menurut kepala SOHR, Rami Abdel Rahman, 49 korban tewas dan setelah diidentifikasi mereka berasal dari keluarga Al-Yateem. Diantara yang tewas terdapat 18 wanita dan anak-anak.
Suriah berulangkali menyangkal bertanggung jawab dan menuduh kelompok terorislah yang melakukannya.
"Sebuah kelompok teroris melakukan kejahatan keji di wilayah Hama. Laporan oleh media berkontribusi untuk menumpahkan darah Suriah," kata media pemerintah.