Jumat 08 Jun 2012 20:12 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Thufail bin Amr Ad-Dausy, Lentera Suku Daus (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: techcang.free.fr
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Thufail bin Amr Ad-Dausy adalah kepala kabilah Daus pada masa jahiliyah. Dia termasuk bangsawan Arab yang terpandang, seorang pemimpin yang memiliki kharisma serta kewibawaan yang tinggi dan diperhitungkan orang.

Periuknya tidak pernah turun dari tungku. Pintu Rumahnya tidak pernah tertutup bagi orang-orang yang bertamu, melindungi orang yang sedang ketakutan dan membantu setiap penganggur.

Di samping itu, dia pujangga yang pintar dan cerdas, penyair yang tajam dan berperasaan halus. Selalu tanggap terhadap kenyataan-kenyataan yang manis dan yang pahit. Karya-karyanya mempesona bagaikan sihir.

Pada suatu ketika, Thufail meninggalkan negerinya, Tihamah—dataran rendah sepanjang laut merah—menuju Makkah. Waktu itu pertentangan antara Rasulullah SAW dengan kafir Quraisy semakin nyata. Masing-masing pihak berusaha memperoleh pengikut atau simpatisan guna memperkuat golongannya.

Untuk itu, senjata Rasulullah SAW hanya berdoa kepada Tuhannya, disertai iman dan kebenaran yang dibawanya. Sedangkan kaum kafir Quraisy menegakkan impian mereka dengan kekuatan senjata, dan dengan segala macam cara untuk menghalangi orang banyak menjadi pengikut Nabi Muhammad.

Thufail terlibat dalam kemelut ini tanpa disengaja, karena kedatangannya ke Makkah itu bukan untuk melibatkan diri. Bahkan pertentangan antara Nabi Muhammad dengan kaum Quraisy belum pernah terlintas dalam pikirannya sebelum itu.

Kedatangannya ke Makkah disambut dengan hangat. Ia ditempatkan di sebuah rumah istimewa. Kemudian para pemimpin dan pembesar Quraisy berdatangan menemuinya. ”Hai Thufail, kami sangat gembira anda datang ke negeri kami, walaupun negeri kami sedang dilanda kemelut.”

“Orang yang mendakwahkan diri menjadi nabi itu (Nabi Muhammad SAW) telah merusak agama kita, merusak kerukunan kita, dan memecah belah persatuan kita semua. Kami khawatir dia akan memengaruhi anda pula. Kemudian dengan kepemimpinan anda, dipengaruhinya pula kaum anda, seperti yang terjadi pada kami.”

“Karena itu, janganlah anda dekati orang itu. Jangan berbicara dengannya dan jangan pula mendengarkan kata-katanya. Sebab kalau dia berbicara, kata-katanya bagaikan sihir. Perkataannya dapat memisahkan anak dengan bapak, merenggangkan saudara sesama saudara dan menceraikan istri dengan suami.”

Mereka terus menceritakan hal yang aneh-aneh kepada Thufail. Mereka menakut-nakutinya dengan keanehan-keanehan yang pernah dilakukan Rasulullah SAW. Thufail dilarang bicara bahkan mendengar ucapan Nabi Muhammad dan kaum Muslimin sedikit pun.

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement