REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Krisis Suriah akan "lepas kendali" jika tekanan internasional tidak cepat membuahkan hasil, kata para diplomat. Kecemasan itu diungkapkan Utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan, Kamis (7/6), kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Annan mengulang seruannya bagi negara-negara kekuatan dunia untuk memperingatkan Presiden Bashar al-Assad. Akan ada "konsekuensi-konsekuensi nyata" jika Assad tidak mematuhi enam poin perdamaian yang direncanakan Annan, kata seorang diplomat yang hadir dalam pertemuan tertutup Dewan Keamanan.
"Makin lama kita menunggu, makin gelap masa depan Suriah," kata diplomat lain mengutip Annan. Dewan harus menerapkan "tekanan terpusat" pada Assad, tambah Annan. Dia juga menggarisbawahi jika prakarsa perdamaiannya tidak bersifat bersifat "terbuka".
Dewan Keamanan telah meluluskan dua resolusi yang disetujui PBB tentang misi pengawasan di Suriah dan mengutuk kekerasan di negara itu. Tetapi anggota Dewan terpecah belah terkait keputusan untuk meningkatkan tekanan pada Suriah.
Rusia, sekutu utama terakhir Suriah, dan China telah memveto dua putusan dewan yang hanya menyebutkan mengenai sanksi di masa depan. AS dan negara-negara Eropa menginginkan sanksi ekonomi pada Assad. Sekjen PBB juga menyampaikan pandangannya dalam pertemuan itu.