REPUBLIKA.CO.ID, BATAM - Provinsi Kepulauan Riau mengembangkan pembangkit listrik tenaga arus laut untuk mengaliri listrik di pulau-pulau terluar. "Sedang dikembangkan pembangkit energi laut untuk listrik,menggunakan tenaga arus laut," kata pakar kelautan, Eddywan.
Berdasarkan penelitian bersama guru besar ahli kelautan, Hasyim Djalal, diketahui arus laut di perairan Kepri dapat menghasilkan ribuan giga volt. Sayang, kata Eddywan, jika tidak dimanfaatkan.
"Energinya besar sekali, bisa membangkitkan turbin," kata dia yang meraih gelar master dari Tokyo University untuk bidak kelautan. Kepri, kata dia, akan menggunakan teknologi sederhana dalam pembangkit ocean energy itu, agar bisa digunakan masyarakat pedesaan dan dengan anggaran yang murah.
"Anggaran hanya sekitar Rp100 jutaan," kata dia. Pengembangan, kata dia, akan dilakukan awal 2013. "Kami sudah ajukan anggaran Rp600 juta untuk APBD 2013, tidak besar-besar," kata dia.
Pada awal 2013, kata dia, tim akan mencari titik potensial untuk energi laut, lalu pemetaan pusat pembangkit energi alternatif. Pertengahan tahun akan dikaji teknologi sederhana aplikasi masyarajat kemudian akan diuji coba.
Lalu pada akhir tahun didistribusikan ke masyarakat. "Awal 2014 sudah mulai diterapkan," katanya berhara.
Sebenarnya, teknologi pembangkit listrik arus laut sudah banyak dikenal di internasional, namun, karena menggunakan teknologi tinggi yang relatif mahal, maka sulit diterapkan di Indonesia. Kepri, berupaya menekan biaya dan berusaha menggunakan teknologi sederhana agar bisa digunakan masyarakat.
Sebagai tahap awal, teknologi itu akan diterapkan di pulau-pulau terluar NKRI yang berpenghuni, kata dia. "Seperti Pulau Keramut dan Pulau Laut di Kabupaten Natuna. daerah yang sulit menjangkau listrik PLN," katanya
Proyek itu akan dikembangkan setelah provinsi kepulauan itu berhasil mengembangkan bahan bakar biosolar dari air laut.