REPUBLIKA.CO.ID, laporan Deden Mauli Drajat (kontributor Republika Online di Ankara)
Segera setelah polisi Turki menggerebek kelompok penyelundup benda purbakala di Turki Selatan, 12 tahun lalu, sebuah kitab dibawa ke Ankara. Di ibu kota Turki ini, kitab itu langsung masuk brankas kantor Pengadilan Tinggi Turki.
Pemerintah Turki membatasi akses orang terhadap kitab itu. Hanya segelintir orang bisa melihatnya langsung. Dinas intelijen Turki pun terlibat. Mereka mengawasi siapa-siapa yang bisa mengakses kitab dan memantau perkembangan penerjemahannya.
Februari 2012, kitab misterius itu akhirnya muncul di berbagai media internasional dengan nama Injil Barnabas. Injil ini ditulis di atas kulit hewan yang berwarna cokelat kehitaman. Penulisnya menggunakan tinta dari emas dan bahasa Aramaic, bahasa yang diperkirakan bahasa ibu Yesus Kristus. Umurnya? Diperkirakan 1.500 tahun Masehi.
Otoritas Turki akhirnya memindahkan kitab itu dari brankas ke Museum Etnografi di Ankara. Apa istimewanya Injil ini? Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki Ertugul Gunay mengatakan, Injil Barnabas lebih sejalan dengan ajaran Islam ketimbang empat Injil lainnya (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Tentang tokoh Yesus Kristus, di dalam Injil ini digambarkan sebagai manusia biasa, bukan Tuhan. “Sejarah Kristen bisa berubah karena Injil ini,” kata Ertugul dalam wawancara televisi Hurriyet.
Dia lalu mengutip salah satu ayat dalam Injil Barnabas. “Yesus berkata pada seorang pendeta. Bagaimana kami memanggil mesias (juru selamat)? Muhammad adalah nama yang diberkati,” kata Ertugul, seperti dikutip dari Alarabiya.net. Tokoh Yesus, sambung Ertugul, dalam Injil ini juga me nyangkal kalau ia seorang mesias. Yesus mengatakan, kalau juru selamat itu datang dari keturunan Nabi Ismail. Artinya, datang dari bangsa Arab.
Tapi, yang paling mengejutkan mungkin soal ketertarikan Vatikan. Ertugul mengungkapkan, ketika mengetahui Injil Barnabas ada di Turki, utusan Vatikan meminta salinan Injil itu. Namun, Kedutaan Besar Vatikan di Turki membantah pernyataan Ertugul maupun laporan media lokal yang memberitakan permintaan itu.
Perdebatan antarpakar di Turki pun menyeruak soal Injil ini. Omer Faruk Harman, pakar teologi, mengatakan, butuh penelitian lebih lanjut untuk membongkar rahasia Injil Barnabas. Menurut dia, isi Injil ini sesuai dengan keyakinan umat Islam bahwa Yesus memang nabi yang diutus Allah SWT, tapi ia tetap manusia biasa. Injil ini juga menolak konsep trinitas dan peristiwa penyaliban Yesus di Bukit Golgotha. “Dalam Injil ini juga ada ramalan tentang Nabi Muhammad yang segera datang,” kata Omer.
Namun, pendeta Kristen Protestan, Ihsan Ozbek, meragukan keabsahan Injil ini. Alasan dia cukup kuat. Pertama, memang benar ada murid Yesus bernama Barnabas yang hidup semasa dengan Yesus. Itu berarti, Barnabas hidup sekitar tahun 1 Masehi. Kedua, Injil Barnabas diperkirakan dibuat pada 500 Masehi atau 600 Ma sehi.
Dengan demikian, kata Ihsan, tidak mungkin Injil milik Pemerintah Turki itu ditulis oleh Barnabas. Ia menduga, Injil itu ditulis oleh murid Barnabas. “Umat Islam mungkin kecewa melihat kalau kitab ini salinan dan tidak seperti yang mereka harapkan. Bahkan, kitab ini bisa jadi bukan Injil Barnabas,” kata Ihsan.
Aydogan Vatandas, wartawan harian terkemuka di Turki, Zaman, yang menulis dua buku tentang Injil Barnabas, mengatakan, kitab itu memang ditulis dalam bahasa Aramaic. Bahasa ini sekarang nyaris punah dan kemungkinan komunitas yang masih menggunakannya ada di Damaskus, Suriah.
Menurut Vatandas, dinas in telijen Turki sangat tertarik pada Injil ini. Mereka menugaskan pakar bahasa Aramaic, Hamzah Hocagil, untuk menerjemahkan sejumlah bagian Injil ini dalam pengawasan ketat. Namun, Hamzah mengungkapkan kepada wartawan kalau ia menerjemahkan Injil itu. Ini membuat militer dan intelijen Turki menghentikan proyek penerjemahan.
Dari risetnya, Vatandas belakangan menemukan kalau Injil Barnabas rupanya bukan satu versi. Ada tiga versi kitab itu yang ditulis oleh murid Barnabas.
Di pasar barang antik, bila benar ini Injil Barnabas, sudah ada yang membanderol harga nya setinggi langit. Untuk kitab Barnabas yang asli dihargai 28 juta dolar AS atau setara Rp 262 miliar, sementara salinannya seharga 1,7 juta dolar AS atau sekitar Rp 15,9 miliar. (Bersambung)