REPUBLIKA.CO.ID, KEBON SIRIH -- Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya mencatat dari 153 pasar tradisional yang ada di DKI Jakarta, sebanyak 97 diantaranya berada dalam kondisi kurang layak.
Direktur utama PD Pasar Jaya, Djangga Lubis, mengatakan upaya revitalisasi fisik di pasar-pasar tersebut masih lamban. Ia menyebut tidak hanya kondisi fisik pasar tersebut yang memprihatinkan, tetapi pengelolaan dan operasionalnya juga masih buruk.
PD Pasar Jaya, ujar Djangga, mengakui tidak tinggal diam dan membiarkan kondisi tersebut berlangsung. Dari tahun 2009 hingga 2012, telah dilakukan revitalisasi pada 52 pasar di Jakarta.
"Hingga Februari 2012, sudah dirampungkan revitalisasi 14 pasar. Rencana tahun 2012 ini kami akan rombak 26 pasar," kata Djangga, Selasa (12/6).
Revitalisasi berjalan lambat, dijelaskan Djangga, karena susahnya sosialisasi tentang revitalisasi dengan pedagang di pasar. Dalam peraturan, untuk peremajaan pasar harus mendapat persetujuan 60 persen dari total pedagan pasar.
Sedangkan, resistensi dari para pedagang masih tinggi. Banyak pedagang menolak tempat berjualannya dirombak, sebab mereka khawatir akan berakibat pada kegiatan jual beli di pasar. Upaya sosialisasi, kata Djangga, selalu berlangsung alot.
Padahal, pembangunan fisik tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya membutuhkan waktu enam hingga 12 bulan untuk satu pasar. "Bahkan di Pasar Tanah Abang, sosialisasi berlangsung hingga empat tahun. Sehingga revitalisasi berlangsung lama," ucapnya.
Perkembangan pasar tradisional, lanjutnya, di seluruh wilayah DKI Jakarta terdapat 153 pasar tradisional dengan jumlah tempat usaha sebanyak 106.421 tempat usaha. Dari total jumlah tersebut, hanya 85,88 persen atau sebanyak 91.399 kios yang sudah terisi.
“Masih ada sekitar 20 persen kios yang tidak terisi, karena kios-kios tersebut rencananya mau diisi oleh departemen store seperti Matahari dan Ramayana serta bioskop. Tetapi ditengah jalan mereka mengembalikan kios tersebut karena kalah bersaing dengan para pedagang disana,” ujarnya.