REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Basarnas Daryatmo mengatakan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan penyelamatan jiwa jurnalis saat melakukan peliputan di lokasi bencana, para awak media tidak dikenakan biaya alias gratis.
"Ada pelatihan dengan komunitas wartawan. Biaya dari Basarnas," tutur Daryatmo, Selasa (12/6) di Wisma Antara, Jakarta.
Daryatmo mengungkapkan waktu untuk pendidikan dan pelatihan penyelamatan jiwa wartawan tersebut, kemungkinan pelaksanaannya akan dilakukan setelah hari raya Idul Fitri tahun ini.
Mengenai hal-hal yang menyangkut pelaksanaan teknisnya itu, Daryatmo menuturkan dalam satu angkatan, pelatihan diikuti oleh sekitar 40 peserta. Lamanya pelatihan, ungkap Daryatmo, tidak berlangsung terlalu lama, yaitu sekitar maksimal satu minggu.
Untuk lokasi pelatihannya, ucap Daryatmo, masih belum bisa dipastikan di mana. "Mungkin sekitar Gunung Salak atau mungkin Cibubur," imbuhnya.
Mengenai prosedur pendaftaran pelatihan Daryatmo mengatakan, akan diatur oleh PWI atau berdasarkan atas koordinasi dari pihak kantor masing-masing wartawan.
Sementara Kepala Sub Direktorat Penyelenggaraan Diklat Basarnas Noer Isaodin mengatakan, ada pembekalan materi dalam pelatihan tersebut. Materinya antara lain, tentang navigasi, safety prosedur, survival, dan teknik pertolongan atau penyelamatan diri.
Menurut Noer pelatihan ini sangat penting dilakukan, sebab rekan wartawan memang harus memiliki pengetahuan terkait cara penyelamatan diri ketika liputan di medan bencana. "Kami juga tidak ingin ada korban susulan," ungkapnya.
Noer menambahkan, dengan pengetahuan dan keterampilan penyelamatan yang terbatas yang dimiliki wartawan, pihaknya atau tim SAR juga tidak mungkin mengajak awak media ke daerah atau titik-titik berisiko di lokasi peristiwa.
Noer mengatakan, seperti contoh tragedi pesawat Sukhoi yang terjadi awal Mei lalu. "Ada area-area yang memang benar-benar tidak boleh sembarang orang masuk, seperti area heli kemarin," ujarnya.
Ungkap Noer sebab jika terjadi, itu sangat berisiko terhadap aktifitas atau pergerakan helikopter. "Heli mau landing, take off, sehingga membahayakan," ucapnya.
Sementara menurut Ketua Serikat Pekerja Kantor Berita Antara Rahmad Nasution mengatakan, walau belum ada kesepakatan resmi dengan pihak Basarnas, sebagai perwakilan dari pihak media, dirinya menanggapi ajakan ini dengan positif.
"Kepala Basarnas yang mengusulkan bahwa sudah saatnya ada kerja sama dalam bentuk pelatihan," tutur Rahmad kepada Republika.
Rahmad menambahkan, adanya rencana kerja sama dari Basarnas ini harus direspon positif seluruh pengelola media dan eksekusi pelaksanaannya pun harus segera dilakukan.
Sebab, menurutnya pengelola media yang ada saat ini cenderung hanya melihat target untuk siapa yang menjadi pemberita pertama, tetapi selalu alpa dalam melihat ketepatan. "Tepat tidak sih orang (wartawan) yang diutus," imbuhnya.
Lebih lanjut Rahmad menuturkan, tugas utama pewarta ialah sebagai penyampai pesan. "Jangan malah kita menjadi bagian dari pesan itu sendiri. Seperti menjadi tersesat, menjadi berita," tambahnya.