Rabu 13 Jun 2012 19:19 WIB

Mujahidah: Hafshah binti Umar, Penjaga Mushaf Alquran (1)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Hafshah, demikian nama singkat yang dimiliki putri Khalifah Umar bin Khathab. Hafshah dikenal sebagai sosok perempuan yang cerdas.

Ia dikaruniai kemampuan yang tak lazim dimiliki oleh perempuan semasanya, yaitu mahir menulis dan membaca. Bagi ukuran perempuan di masa itu, ia dikenal pemberani. Karakter itu merupakan warisan dari sang ayah.

Sikap itu diakui oleh Aisyah RA. Ia melukiskan sifat Hafshah sama dengan Umar bin Khathab. Dalam hal keberanian, ia memiliki kepribadian yang kuat dan ucapan yang tegas. Ketika itu, pascameninggalnya Umar bin Khathab, muncul ketegangan politik internal kaum Muslimin.

Aisyah memintanya membela Usman dan mendukung kekhalifahannya. Namun, permintaan itu ditolak oleh Hafshah. Ia lebih memilih beribadah, terutama berpuasa dan shalat malam hingga akhir hidupnya.

Hafshah dilahirkan pada tahun yang sangat terkenal dalam sejarah orang Quraisy. Saat Nabi Muhammad memindahkan Hajar Aswad ke tempatnya semula, Ka’bah. Kelahiran itu terjadi di Makkah, 18 tahun sebelum peristiwa hijrah. Tepat lima tahun sebelum Muhammad SAW diutus sebagai Rasul.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, ketika itu Ka’bah pernah dibangun kembali setelah roboh diterjang banjir. Tahun yang sama, saat Fathimah Az-Zahra—putri bungsu Rasulullah—dilahirkan.

Diriwayatkan, beberapa hari setelah Fathimah lahir, istri Umar bin Khathab, Zainab binti Madh’un melahirkan Hafshah. Umar sempat cemas karena pada zaman itu kelahiran bayi perempuan dianggap membawa aib keluarga.

Diperistri Rasulullah

Hafshah belia menikah dengan Khunais bin Hudzafah As-Saham. Ia adalah anggota pasukan perang Muslim yang berani. Khunais ikut berperang melawan orang-orang musyrik Quraisy pada Perang Badar di Madinah. Di perang tersebut, ia mengalami luka yang cukup parah hingga akhirnya syahid dan meninggal dunia. Selama sakit, Hafshah selalu setia mendampingi dan merawat suaminya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement