REPUBLIKA.CO.ID, -- Pengawas negara (pengamat) Israel mengecam langkah yang diambil Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap penanganan armada Gaza pada 2010, yang menyebabkan sembilan orang berkebangsaan Turki tewas serta menyebabkan hubungan antara Israel dengan Turki memanas.
Laporan yang dibuat dalam 153 halaman itu, Micha Lindensrtauss mengecam serangan yang dilakukan pasukan Israel pada dini hari terhadap enam armada kapal bantuan Gaza yang dipimpin kapal Mavi Marmara yang membawa sekitar 600 orang aktivis pro Palestina.
Serangan itu kemudian memicu kecaman Internasional terhadap negeri Yahudi itu. Pemerintah Turki juga menuntut permintaan maaf Israel dan memberikan kompensasi bagi keluarga korban.
"Dalam proses pengambilan keputusan penanganan (kapal Mavi Marmara) yang dipimpin oleh perdana menteri dan dibawah tanggung jawabnya, terjadi sebuah kesalahan yang signifikan," ujar Lindenstrauss dalam laporannya.
Dalam pengambilan keputusan itu, Netanyahu disebut tidak melakukan diskusi dengan para pejabat terkait. Ia hanya mengadakan pembicaraan terpisah masalah ini dengan Menteri Pertahanan Ehud Barak dan Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman, dan tidak terdokumentasi.
"Diskusi itu berlangsung dalam Forum Tujuh sebelum armada itu tiba, sebuah diskusi 'ad-hoc' tanpa persiapan," katanya. "Proses pengambilan keputusan tidak dilakukan dengan tertib, tidak dikoordinasikan dan didokumentasikan oleh staf pekerja," lanjutnya.
Tragedi kapal Mavi Marmara terjadi pada 31 Mei 2010. Tragedi yang membuat publik internasional mengecam keras Israel ini terjadi ketika pasukan Israel memaksa turun ke kapal Mavi Marmara yang membawa sekitar 600 aktivis pro Palestidan dari mancanegara --termasuk Indonesia--. Mendapat serangan mendadak, para aktivis membela diri dengan seadanya.
Namun perlawanan ini dibalas berondongan senjata pasukan Israel. Akibatnya, sembilan orang aktivis berkebangsaan Turki tewas.