REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Pakistan, Kamis, kembali mendesak NATO melakukan permohonan ma'af atas serangan lintas-perbatasan yang dilakukan pasukan koalisi itu sehingga menewaskan dua lusin prajuritnya tahun lalu. Permintaan maaf mesti dilakukan sebelum Islamabad mempertimbangkan untuk membuka kembali jalur pasokan bagi tentara asing di Afghanistan.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Hina Rabbani Khar, yang berbicara kepada wartawan di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, juga membantah laporan bahwa Pakistan melakukan tawar-menawar dengan Amerika Serikat mengenai biaya angkutan buat pasokan tersebut.
"Pakistan masih menginginkan permohonan ma'af tanpa syarat dan jaminan kembali bahwa jenis peristiwa Salala tak terjadi lagi," kata Hina Rabbani. Ia merujuk kepada daerah perbatasan tempat peristiwa itu terjadi.
Jalur pasokan barang tersebut yang dikirim ke pelabuhan Pakistan, Karachi dan dibawa dengan truk ke Afghanistan penting buat pasukan pimpinan AS dalam keterlibatan mereka di negara yang tak memiliki laut tersebut. Sekarang, jalur itu dipandang penting bagi penarikan sebagian besar prajurit asing dari Afghanistan, sebelum akhir 2014.
Amerika Serikt telah menolak tuntuan Pakistan agar meminta ma'af atas serangan udara pada November. Pekan lalu Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengatakan Amerika Serikat berada di batas kesabaran mengenai keberadaan tempat berlindung gerilyawan di Pakistan. Gerilyawan garis keras telah melancarkan serangan di Afghanistan.
Hina Rabbani Khar mengatakan Pakistan tak mendukung kelompok garis keras apa pun dan Islamabad akan melakukan apa saja yang dapat dikerjakannya untuk memajukan proses perdamaian di Afghanistan, yang dikatakanya harus "dipimpin oleh orang Afghanistan, dimiliki oleh orang Afghanistan.