REPUBLIKA.CO.ID, Setelah bebas, Tsumamah pergi ke sebuah perkebunan kurma di pinggiran Kota Madinah. Di tempat itu terdapat sebuah perigi dan memancar sebuah mata air. Tsumamah turun dari untanya dan mandi sebersih mungkin.
Setelah itu, ia duduk merenungi apa yang telah ia alami. Merenungi segala tindak tanduk dan perlakuan Nabi serta kaum Muslimin terhadapnya. “Alangkah damainya mereka. Betapa erat tali persaudaraan mereka.” ujar Tsumamah dalam hati.
Cahaya ilahi mulai manyinari kalbunya. Perlahan ia bangkit berdiri dan memutuskan untuk kembali ke Kota Madinah.
Ketika tiba di depan masjid, Tsumamah berpapasan dengan kaum muslimin. Di hadapan mereka ia berseru mengucapkan syahadat, “Asyhadu an la ilaha illallah. Wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah."
Para sahabat segera membawanya menemui Rasulullah. Di hadapan beliau Tsumamah berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, dulu tidak ada orang yang paling kubenci selain engkau, sekarang tidak ada orang yang paling kucintai selain dirimu. Demi Allah, tidak ada agama yang paling kubenci selama ini selain agamamu.”
“Sekarang, agamamulah yang paling kucintai dari segala agama. Demi Allah, tidak ada negeri yang paling kubenci selama ini selain negerimu. Sekarang negeri inilah yang paling kucintai di antara segala negeri. Saya telah banyak menewaskan para sahabatmu. Hukuman apa pun yang hendak engkau jatuhkan, saya terima!”
Rasulullah SAW menjawab, “Tidak ada lagi hukuman atasmu, Tsumamah. Islam telah menghapus segala dosa yang telah engkau perbuat sebelum masuk Islam.”
Kemudian Rasulullah memberi kabar gembira kepada Tsumamah berupa kebaikan dan kebahagiaan yang dijanjikan Allah karena dia telah masuk Islam. Wajah Tsumamah cerah dan berseri-seri begitu mendengar uraian Rasulullah.
Ia pun berkata, “Demi Allah, saya berjanji akan menebus segala kesalahan yang pernah saya lakukan. Saya berjanji akan menghabisi kaum musyrikin yang mengancammu dan agama Allah. Saya dan rakyat Yamamah berjanji akan membela agama Allah sampai titiik darah penghabisan.”
“Semoga Allah memberkatimu, Tsumamah!” jawab Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, ketika pasukan patroli Kaum Muslimin menangkap saya, saya dalam perjalanan pergi umrah. Bolehkan saya meneruskannya?” tanya Tsumamah penuh harap.
“Boleh!” jawab Rasulullah, “Tapi hendaklah dikerjakan sesuai dengan syariat dan ajaran Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian beliau mengajarkan cara-cara ibadah umrah dan haji menurut ajaran Islam kepada Tsumamah.