REPUBLIKA.CO.ID, Dalam penyebarannya di Aljazair, terang Coppolani yang juga merupakan pemimpin militer wilayah koloni Prancis di Aljazair, Tarekat Tijaniyah memperlihatkan sikap damai terhadap pemerintah kolonial Prancis, tetapi di Maroko, ia telah melancarkan perlawanan yang gigih terhadap dominasi asing.
Di Turki, sebuah kelompok kecil penganut Tarekat Tijaniyah merupakan kelompok Muslim pertama yang secara terbuka menentang rezim sekulerisme sekitar tahun 1950.
Sementara di Senegal, para pengikut Tarekat Tijaniyah memberikan andil besar dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah tersebut. Ajaran Tarekat Tijaniyah dibawa ke Senegal oleh El Hadji Omar Tall pada abad ke-19 M.
Islam masuk ke Senegal sebelum abad ke-11 M, dan terus berkembang setelah kerajaan Tukulor (kerajaan kecil di Senegal) menerima Islam sebagai agama resmi negara. Mereka diislamkan oleh para pengikut Tarekat Tijaniyah.
Pengikut Tarekat Tijaniyah juga berperan dalam perjuangan rakyat Senegal menghadapi koloni Portugis, Inggris, Belanda, kemudian Prancis. Sekitar 30 persen umat Islam di Senegal adalah pengikut Tarekat Tijaniyah.
Di kawasan Eropa, salah satu wilayah yang menjadi tempat penyebaran Tarekat Tijaniyah adalah Albania. Di masa lalu, negara yang berbatasan dengan Montenegro di sebelah utara, Serbia (Kosovo) di sebelah timur laut, Republik Makedonia di timur, dan Yunani di selatan, termasuk wilayah kekhalifahan Utsmaniyah dan penduduknya banyak memeluk Islam.
Tarekat Tijaniyah masuk ke Albania hampir bersamaan dengan masuknya Tarekat Tijaniyah ke Indonesia, yakni sekitar tahun 1920-an.
Ulama yang membawa dan mengembangkan Tarekat Tijaniyah di Albania adalah Syekh Haji Shah Muhammad Shaban Efendi Domnori (1868-1934). Syekh Shaban dikenal sebagai ulama ahli tauhid dan tasawuf di kalangan para ulama dan para imam di Kota Shkodra, Albania Utara.
Tarekat Tijaniyah secara resmi hadir di Kota Shkodra pada tahun 1920 dan dipimpin oleh Syekh Shaban Domnori. Pada awalnya, tarekat ini dikembangkan secara sembunyi-sembunyi. Namun, akhirnya Syekh Shaban menyebarkannya secara terang-terangan dengan membuka zawiyah (pesantren sufi) pertama di rumahnya sendiri di Distrik Ayasem, Kota Shkodra. Para murid Tarekat Tijaniyah kemudian mendirikan zawiyah lain di Distrik Ndocaj.