Masa transisi
Namun, seusai Perang Dunia II, Tarekat Tijaniyah dan tarekat lainnya mengalami masa kemunduran seiring dengan penguasaan wilayah Albania oleh kaum komunis.
Organisasi tarekat dan hak-hak sipil untuk menjalankan praktik keagamaan dan lainnya diberangus dan diharamkan oleh penguasa komunis.
Kaum komunis telah menghancurkan hampir semua zawiyah dan pusat-pusat Tarekat Tijaniyah di Albania. Banyak ulama Tijaniyah yang dipenjara dan banyak pengikutnya yang akhirnya meninggal dunia.
Kaum komunis menguasai wilayah Albania dan sekitarnya hingga kejatuhan pemerintahan komunis tahun 1990. Setelah era komunis berakhir, perkembangan agama umumnya dan khususnya Islam serta tarekat kembali diizinkan dan berkembang.
Bahkan, organisasi Tarekat Tijaniyah di Albania kembali dihidupkan dan saat ini dipimpin oleh seorang Muqaddam (pemimpin tarekat) Tijaniyah yakni Syekh Faik Hoja.
Sementara itu. penyebaran Tarekat Tijaniyah di kawasan benua Amerika dilakukan oleh para murid Syekh Hassan Cisse yang berasal dari Amerika Serikat. Syekh Hassan Cisse merupakan cucu dari ulama Tarekat Tijaniyah Senegal, Abdoulaye Niass (1840-1922).
Para murid Syekh Hassan Cisse ini kemudian mendirikan organisasi yang bernama The African American Islamic Institute. Cabang dari organisasi ini kemudian juga didirikan di sejumlah tempat lainnya di belahan dunia.
Pengikut Tarekat Tijaniyah ini juga bisa ditemukan di negara Prancis, Cina, dan Indonesia. Banyaknya jumlah pengikut Tarekat Tijaniyah bisa dilihat dalam penyelenggaraan muktamar Tarekat Tijaniyah pada tahun 1985 M/1406 H, di Kota Fez, Maroko. Muktamar tersebut dihadiri utusan dari 18 negara, seperti Maroko, Pakistan, Tunisia, Mali, Mesir, Mauritania, Nigeria, Ghana, Gambia, Pantai Gading, Sudan, Senegal, Cina, Amerika Serikat, Prancis, dan Indonesia.