REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT-- Kepala misi pemantau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Suriah meminta semua pihak yang bertikai memungkinkan untuk mengevakuasi perempuan, anak-anak, orang tua dan orang sakit dari Homs dan zona tempur lain. Mayor Jenderal Robert Mood mengatakan, pemantau telah mencoba selama sepekan terakhir untuk mengevakuasi keluarga dan korban cedera yang terperangkap di Homs setelah serangan pasukan Presiden Bashar al-Assad.
Serangan tersebut dilakukan Assad untuk mendapatkan kembali ke wilayah-wilayah yang dikuasai oleh pemberontak. "Semua pihak harus mempertimbangkan posisi mereka dan memungkinkan perempuan, anak-anak, orang, tua dan korban cedera untuk meninggalkan zona konflik tanpa prasyarat. Semua pihak juga harus menjamin keselamatan mereka," kata Mood dalam pernyataan yang dilansir Reuters, Senin (18/6).
PBB, katanya, mencoba untuk mengeluarkan warga sipil dari wilayah konflik tetapi gagal. "Ini membutuhkan kesediaan kedua pihak untuk menghormati dan melindungi kehidupan manusia di Suriah," tambahnya.
Sabtu lalu, sebanyak 300 pemantau Suriah menangguhkan semua pekerjaan mereka, karena kekhawatiran akan keselamatan mereka. Tetapi, pemantau akan tetap disiagakan di Damaskus.
Seruan pemantau PBB untuk melakukan evakuasi warga sebagai bentuk kekhawatiran bahwa Suriah semakin masuk dalam perang saudara. Kelompok oposisi mengatakan, lebih dari 14 ribu warga sipil dan pemberontak telah tewas sejak pemberontakan dimulai pada Maret 2011. Sementara 3.400 tentara dan milisi yang setia kepada Assad juga tewas.
Seorang pejabat PBB mengatakan kepada AP pada awal pekan bahwa tim pemantau telah meninggalkan Damaskus untuk Homs, berharap untuk mengevakuasi warga sipil. Rencana itu tidak dipublikasikan karena khawatir akan membahayakan misi pemantau. Menurutnya, rencana evakuasi di antaranya dengan mengatur gencatan senjata singkat selama 90 menit di mana warga sipil akan diungsikan dari daerah yang dikuasai pemberontak melalui wilayah yang aman.
Menurut pejabat tersebut, rencana itu disetujui oleh pemerintah Suriah. Meski demikian, pertempuran tidak pernah berkurang.