Senin 18 Jun 2012 20:31 WIB

Masjid Hassan II Maroko, Laksana Istana Ratu Bilqis (2)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Interior Masjid Hassan II Maroko.
Foto: findtripinfo.com
Interior Masjid Hassan II Maroko.

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap orang tentu kagum dan bangga menyaksikan keindahan masjid ini. Bangunan yang berdiri di atas lahan puluhan hektare ini, terletak di tepi pantai Casablanca.

Posisinya menghadap ke laut atau Samudera Atlantik, dan tiga sisinya dikelilingi langsung oleh air laut. Dari kejauhan, Masjid ini tampak berada di atas permukaan laut. Dan karena itu pula, ada yang menyebutnya sebagai masjid terapung.

Beragam julukan disematkan pada masjid ini. Mulai dari masjid terapung hingga istana Ratu Bilqis, Raja Saba di zaman Nabi Sulaiman. Dinamakan demikian, karena lantai bangunannya tampak seperti kaca yang membuat orang terhenyak dan takjub saat memandangnya.

Begitulah dulunya kisah Ratu Bilqis yang terpaksa mengangkat pakaian yang menutup betisnya ketika melangkah ke istananya sendiri yang telah diubah oleh Nabi Sulaiman dengan bantuan para pengawalnya.

Lantainya yang sebagian terbuat dari kaca ini membuat orang yang beribadah (shalat) saat sujud, seakan-akan bisa bersujud di atas permukaan laut. Konon, pembangunan Masjid Hassan II ini memang terinspirasi oleh ayat Alquran yang artinya, ''Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.'' (QS. Hud: 7).

Bangsa Moor

Aristektur bangunan Masjid Hassan II ini, banyak dipengaruhi oleh bangsa Moor. Sekilas, arsitektur bangunan ini mirip dengan yang ada pada Istana Alhambra dan Masjid Agung Cordoba di Spanyol yang memang didirikan oleh bangsa Moor (bangsa yang berasal dari daerah Afrika Utara).

Yang membuat bangunan Masjid Hassan II ini menjadi istimewa dibandingkan masjid-masjid lain adalah gaya Maroko di seluruh bangunan. Walau masjid ini dirancang oleh seorang arsitek Prancis, gaya Maroko tetap terasa.

Untuk mempertegas kesan arsitektur gaya Maroko yang terdapat pada masjid ini, seluruh bahan bangunan yang dipakai, seperti batu marmer, granit, kayu, dan bahan lainnya didatangkan dari seluruh penjuru Maroko, kecuali beberapa tiang granit putih dan lampu kristalnya didatangkan dari Italia.

Untuk mengolah bahan mentah itu, butuh sekitar 6.000 seniman tradisional Maroko. Ribuan seniman itu perlu waktu cukup lama, yakni selama lima tahun, untuk mengubah bahan-bahan itu menjadi mozaik yang indah, bebatuan menjadi lantai dan pilar yang indah dan bercorak, serta langit-langit yang terbuat dari kayu berukir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement