REPUBLIKA.CO.ID, Tak cuma megah dan indah, masjid yang dirancang tahan gempa ini juga hadir dengan sentuhan teknologi modern.
Lantainya dilengkapi dengan pemanas agar pada musim dingin para jamaah merasa nyaman duduk di atasnya, pintu-pintunya digerakkan oleh tenaga listrik, memiliki atap kubah geser yang juga dapat dibuka dengan bantuan tenaga listrik, dan sinar laser yang bersinar saat malam hari tiba dari bagian atas menara. Pantulan sinar laser ini mengarah ke Makkah.
Mahakarya
Masjid Hassan II seakan menantang para seniman dunia untuk menghasilkan seni arsitektur yang indah dan hebat. Tidak hanya pada satu corak, tapi beragam motif dengan kehebatan tehnologi modern, untuk mengekspresikan kekuatan dari bahan-bahan, dan mengharmonikan antara massa dan volume. Seakan, para arsitek berlomba-lomba menciptakan corak dan model ornamen untuk disandingkan di Masjid Hassan II.
Karya yang dekoratif para arsitek ini didekorasikan pada lembaran marmer yang keras dan kuat. Lalu, mereka berupaya menciptakan kombinasi dan harmonisasi antara marmer dan karya seni. Di sinilah para arsitek ditantang untuk menghasilkan karya yang indah dan hebat.
Untuk menghasilkan sebuah mahakarya itu, para arsitek pun akhirnya melanggar norma. Artinya, melawan suatu karya seni yang belum pernah ada sebelumnya, hingga menghasilkan karya seni yang indah dan megah.
Sultan Hassan II seakan ingin menunjukkan kepada dunia, bagaimana indahnya sebuah mahakarya manusia. Sultan Hassan II percaya, seindah apa pun karya manusia, tak ada yang mampu menandingi mahakarya sang Pencipta Alam Semesta. ''Kalau manusia saja bisa menghasilkan karya yang indah, tentu akan lebih indah lagi mahakarya yang menciptakan manusia itu,'' ujarnya.
Keindahan Masjid Hassan II memang mengundang decak kagum orang yang melihatnya. Bagian interior masjid dihiasi dengan ornamen friezes dan kaligrafi. Relung-relung dan lengkungan pintu masuk dihiasi dengan marmer yang mahal dan indah. Seakan ingin mengajak yang menyaksikannya kekayaan sang Pencipta.
Masjid Hassan II, dengan segala kemegahannya dan letaknya di pinggir Samudera Atlantik, menjadi mercusuar baru di Casablanca. Ia senantiasa akan bersinar setiap saat dengan kumandang azannya.
Masjid Hassan II merupakan satu dari hanya dua Masjid di Maroko yang terbuka bagi kunjungan non-Muslim, kecuali pada Jumat. Para pengunjung non-Muslim boleh masuk ke dalam masjid dan melihat-lihat interior masjid dalam tur selama satu jam yang dipandu oleh seorang petugas.
Masjid lain di Maroko yang juga terbuka bagi kunjungan non-Muslim adalah Masjid Tin Mal yang berada di sebuah desa di lereng pegunungan Atlas yang jaraknya sekitar 100 kilometer dari Marrakech.