REPUBLIKA.CO.ID, Siti Masyitah tidak gentar dengan ancaman Fir’aun. Dia tetap yakin Tuhan yang sesungguhnya hanyalah Allah, bukan Fir’aun raja yang zalim.
Pendirian Masyitah semakin mempermalukan Fir’aun. Raja kejam itu memerintahkan pengawal segera melemparkan Masyitah bersama anak-anak ke dalam minyak mendidih.
Kisah ini disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. “Fir’aun memerintahkan melemparkan anak Masyitah satu persatu di hadapan ibunya hingga yang terakhir bayi yang sedang menyusu dalam pelukan Masyitah,” kata Jibril.
Ibu mana yang tega menyaksikan satu persatu anaknya tergerus minyak panas. Ketika giliran bayi terakhir akan dimasukkan tembaga panas, Masyitah sempat ragu.
Kekuasaan Allah menciptakan bayi itu tiba-tiba bisa bicara, “Jangan takut dan sangsi, wahai ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah SWT, dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita.”
Riwayat lain, bayi Masyitah meyakinkan ibunya, “Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita dalam pihak yang benar. Wahai ibu masukkanlah, karena sesungguhnya siksa dunia lebih ringan dari pada siksa akhirat.” (HR. Ahmad).
Kekuatan anaknya membuat keraguan Masyitah hilang. Dengan yakin dan ikhlas kepada Allah, Masyitah membaca, “Bismillahi Tawakkaltu alallah, Wallahu Akbar.” Siti Masyitah dan bayinya terjun ke minyak mendidih. Ajaib, begitu minyak panas menggerus raga orang-orang istikamah itu, tercium wangi yang sangat harum dari dalam kuali.
Allah telah membuktikan kepada hamba-hamba-Nya yang istikamah. Ketika Masyitah, dan anak-anak dilemparkan satu persatu ke periuk, Allah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka sehingga tidak merasakan panasnya minyak mendidih.
Tulang belulang Masyitah bersama anak-anaknya dikubur di suatu tempat hingga mengeluarkan wangi yang sangat harum. Aroma itu tercium oleh Rasulullah SAW ketika perjalanan Isra Mikraj. “Itulah kuburan Masyitah bersama anak-anaknya,” kata Malaikat Jibril.