REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Bacang. Semua orang pasti langsung mengenali namanya, dan bahkan mungkin pernah menikmati kelezatan makanan khas Tionghoa yang terbuat dari ketan atau beras, berisi daging berbumbu dan dibungkus dengan sejenis daun bambu.
Makanan khas Cina ini mulai dikenal bersamaan dengan masuknya gelombang pendatang dari daratan Cina ratusan tahun silam, dan kini telah beradaptasi dan berasimilasi dengan budaya asli berbagai daerah di Indonesia.
Nah, makanan khas ini juga yang akan dirayakan dalam sebuah festival. Namanya, Festival Bacang. ''Tujuan kami mengadakan Festival Bacang adalah untuk memperkenalkan kambali acara Perayaan Peh Cun. Hal ini tidak lain karena kami ingin melestarikan budaya bernilai tinggi yang dibawa nenek moyang bangsa Cina ke Indonesia dan kemudian berasimilasi dengan budaya lokal,'' ujar Martono, Chief Operating Officer Green Central City (GCC), sebagai penyelenggara acara.
Dalam acara yang berlangsung pada 22-24 Juni mendatang itu, GCC akan memperkenalkan berbagai jenis bacang yang didatangkan dari berbagai wilayah, baik dari Jakarta sendiri, juga dari Semarang, dan wilayah lain.
Selama tiga hari perayaan Peh Cun dalam Festival Bacang tersebut, juga ada pameran perahu naga, bazar makanan khas Kawasan Pecinan, pertunjukan seni dan budaya, lomba-lomba seperti makan bacang, mendirikan telur, melukis lampion, lalu ada diskusi buku dan demo masak bacang.
‘’Perayaan Peh Cun yang diadakan di GCC ini sangat penting. Selain melestarikan budaya nenek moyang, kita dapat mengambil banyak pelajaran hidup. Peh Cun yang kita kenal di Indonesia sudah mengalami perubahan, karena tradisi sudah berbaur dengan budaya lokal. Namun, yang utama adalah bagaimana generasi penerus ini mampu menjadikan perayaan-perayaan tradisi semacam itu menjadi sesuatu yang bernilai tinggi dan memperkaya khasanah budaya di tanah air,’’ kata Hartati Ardiarsa, seorang tokoh masyarakat di Jakarta.