REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO-- Mantan presiden Mesir, Hosni Mubarak dikabarkan meninggal secara klinis, Selasa (19/6). Namun, beberapa sumber menyatakan Mubarak koma. Sebelumnya, Mubarak diberitakan oleh kantor berita negara MENA meninggal secara klinis. Dewan Militer Mesir segera membantahnya.
Untuk menjawab kesimpangsiuran itu, otoritas Mesir akan segera mengeluarkan pernyataan resmi mengenai kondisi kesehatan Mubarak. “Pernyataan resmi akan segera diumumkan mengenai kesehatan Mubarak,” demikian diberitakan stasiun televisi pemerintah Mesir, Nile TV seperti dilansir AFP, Rabu (20/6).
Pada Selasa malam, sumber keamanan mengatakan kepada Reuters bahwa Mubarak menderita serangan jantung, stroke dan koma. Sumber mengatakan, Mubarak akhirnya dipindahkan ke rumah sakit militer Maadi di Kairo.
Tak lama setelah itu, kantor berita negara melaporkan Mubarak mati secara klinis. Mati secara klinis adalah kondisi dimana berkurangnya detak jantung dan pernapasan.
Dewan militer yang berkuasa segera menyanggahnya. Jenderal Said Abbas, salah satu anggota dewan militer menyatakan Mubarak hanya menderita stroke. Mati secara klinis, katanya, adalah sebuah omong kosong. Sumber militer lainnya meyatakan sebaliknya.
"Dia benar-benar sadar. Dia menggunakan alat bantu pernapasan,"katanya. Sementara sumber militer ketiga menyebut kpndisi Mubarak hampir stabil. Namun ia tidak memberi penjelasan apapun.
Sementara itu, sumber medis mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Mubarak tidak mati secara klinis. Mubarak hanya dalam keadaan koma dan para dokter berusaha untuk memulihkan kondisinya. "Dia dipakaikan respirator buatan,"katanya.
Televisi pemerintah Mesir kemudia menyatakan Mubarak dalam keadaan kritis dan tidak mati secara klinis. Salah satu anggota dewan militer, Jenderal Mamdouh Shaheen mengatakan kepada CNN bahwa kesehatan Mubarak memburuk dan dalam kondisi kritis. Sementara itu, televisi Al-Arabiya mengatakan istri Mubarak, Suzanne telah tiba di rumah sakit Maadi.