REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono dinilai pengamat gagal mengatasi konflik internal di Partai Demokrat.
Hal ini disebabkan pidato politik yang disampaikan SBY dalam Forum Komunikasi Pendiri dan Deklator Partai Demokrat beberapa waktu lalu dianggap tidak memiliki sasaran tembak yang jelas.
“Tidak jelas pidato SBY itu disampaikan kepada siapa,” kata pengamat politik Central for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi saat dihubungi Republika, Rabu (20/6).
Kristiadi misalnya mencontohkan himbauan SBY agar politisi Demokrat menjalankan politik santun dan beretika. Pertanyaannya, kata Kristiadi, kepada siapa pernyataan itu disampaikan.
Tanpa adanya sasaran yang dituju, pidato SBY hanya akan menjadi himbauan belaka. Selain itu ajakan SBY agar politisi Demokrat santun dan beretika juga tidak ikuti parameter yang jelas.
“Setiap kader tentu akan merasa sudah menjadi politisi yang santun,” kata Kristiadi.
Kristiadi memprediksi pasca pidato SBY, posisi Anas akan semakin kokoh. Hal ini tidak lepas dari kecerdikan Anas yang lebih memilih diam menghadapi lawan-lawan politiknya.
Selain itu kekokohan Anas juga ditopang oleh basis dukungan yang kuat. Menurutnya para pendukung Anas ada di berbagai DPD seluruh Indonesia dan alumni-alumni HMI yang menyebar di dalam kepengurusan partai. “SBY mati angin,” kata Kristiadi.
Anas Urbaningrum menurut Kristiadi merupaka politis muda yang kuat. Perlawanan Anas terhadap SBY mengingatkan orang pada perlawanan Muhaimin Iskandar kepada Gus Dur di PKB.
Bedanya Anas melawan SBY saat posisi SBY masih kuat dalam tubuh Partai Demokrat. “Anas ini istimewa sekali menurut saya," kata dia.