REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pemerintah Sri Lanka sedang menunggu informasi lebih lanjut mengenai nasib 200 orang di atas kapal yang terbalik di Pulau Christmas Australia. Disebutkan dari laporan yang ada, sebagian besar korban adalah warga Sri Lanka pencari suaka ilegal.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Sarath Dissanaike, mengatakan kepada Xinhua bahwa Kedutaan Sri Lanka di Indonesia dan Komisi Tinggi Sri Lanka di Australia sedang memantau situasi serta menunggu konfirmasi jika mereka yang berada di kapal itu memang orang-orang Sri Lanka.
Sekitar 200 pencari suaka ilegal di kapal, yang sedang dalam perjalanan ke Australia, terbalik pada Kamis (21/6). Dikutip media Australia, Komisaris Polisi Australia Barat Karl O'Callaghan mengatakan sekitar 40 orang terlihat di lambung kapal yang terbalik itu, sedangkan yang lain berada di perairan dan diperkirakan sekitar 75 orang mungkin meninggal.
Kapal dari Australia dan Indonesia dikirim ke tempat kejadian untuk menyelamatkan para korban. "Kami telah melihat melalui media bahwa kebanyakan dari mereka mungkin warga Sri Lanka, tetapi kita masih belum memiliki konfirmasi resmi," kata Dissanaike.
Ratusan warga Sri Lanka, sebagian besar minoritas Tamil, telah selama bertahun-tahun berhasil mencapai Australia dengan kapal untuk mencari suaka dengan sebagian dari mereka mengaku kondisi negerinya tidak aman bagi mereka. Sri Lanka dan Australia memiliki perjanjian untuk memerangi penyelundupan manusia.
Kepolisian Sri Lanka bulan lalu menangkap 113 orang yang mencoba untuk pergi ke Australia dengan perahu ilegal. Lalu di awal bulan ini, Angkatan Laut Sri Lanka menangkap 53 pencari suaka ilegal yang juga menuju ke Australia.